Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo mengungkapkan penanganan pandemi COVID-19 sebagai pekerjaan terberat dalam masa pemerintahannya yang sudah berlangsung sejak 2014.
Presiden menyampaikan hal itu saat menghadiri peringatan satu dekade simpatisan Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) di Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu, di mana ia menyebut pemerintah sempat dihadapkan pada tanda tanya besar perihal sampai kapan pandemi COVID-19 akan berakhir dan harus diselesaikan harus diselesaikan dengan cara apa.
"Dalam hampir 10 tahun ini kita bekerja, memang yang paling berat menghadapi COVID-19. Betul-betul kita enggak tahu berakhirnya kapan, diselesaikan dengan cara apa, dan sangat kuatnya ini sampai berapa bulan berapa tahun, enggak tahu," kata Jokowi.
Menurut Presiden hal serupa juga dihadapi oleh pemimpin negara-negara besar lainnya, mengingat nyaris semua negara kala itu tidak memiliki pengalaman dalam menanggulangi pandemi.
Oleh karena itu, Presiden bersyukur Indonesia yang sempat mengalami kepanikan karena sulitnya mendapatkan masker di awal-awal pandemi mampu melewati situasi termasuk dengan menyuntikkan sedikitnya 452 juta dosis vaksin COVID-19 ke masyarakat.
Angka tersebut, lanjut Jokowi, oleh sebagian kalangan bisa dianggap tidak mungkin dilakukan ketika awal-awal pandemi COVID-19 terjadi.
"Inilah negara kita kalau sudah memiliki kemauan semua bekerja bisa diselesaikan," katanya.
Jokowi menambahkan capaian vaksinasi tersebut dibarengi dengan temuan hasil pemeriksaan yang menunjukkan sekira 98 persen penduduk Indonesia sudah memiliki antibodi COVID-19.
"Entah dari suntikan vaksin atau mungkin sudah (memiliki antibodi) karena tertular secara alami," ujarnya.
Selain penanganan persebaran COVID-19, Jokowi mengingatkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia menghadapi dampak pandemi termasuk di antara yang terbaik di antara negara-negara G20.
"Kita tahun kemarin tumbuh 5,3 persen. Tinggi sekali. Kuartal pertama tahun ini tumbuh 5,03 persen. Inflasi kita juga berada di angka 4 persen, artinya harga-harga bisa dikendalikan," kata Jokowi.
Pengendalian itu disebut Jokowi cukup membantu meringankan beban masyarakat Indonesia dalam hal ekonomi akibat COVID-19 tidak seberat yang dihadapi oleh negara-negara lain.
Jokowi menyebut di Eropa ada negara yang mengalami lonjakan harga energi hingga 700 persen.
"Ada satu negara Eropa yang perdana menterinya baru ke sini, saya enggak sebut, naik 700 persen. Tujuh kali. Kita naik 10-20 persen, 2015 kita naik 30 persen itu demo enggak rampung-rampung, bayangkan kalau 700 persen," ujarnya.
Oleh karena itu, Jokowi menekankan bahwa ada banyak hal yang patut disyukuri dari kondisi Indonesia dalam upaya menangani dan melewati situasi pandemi COVID-19.