Denpasar (ANTARA) - Anggota MPR RI sekaligus anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Made Mangku Pastika meminta para cendekiawan di Bali agar memberikan contoh yang baik dalam perhelatan demokrasi Pemilu 2024.
"Para senior dan kaum cendekiawan kita jangan sampai melacurkan intelektualitasnya sedemikian rupa hanya karena kepentingan politik," kata Pastika dalam agenda penyerapan aspirasi di Denpasar, Jumat.
Penyerapan aspirasi dalam rangkaian kegiatan kunjungan daerah pemilihan itu mengangkat tajuk "Menjaring Calon Legislatif Provinsi Bali 2024-2029" yang diikuti para akademisi, tokoh, masyarakat, dan mahasiswa.
Diskusi yang berlangsung sekitar tiga jam itu menghadirkan narasumber akademisi Dr I Dewa Gede Palguna, Dr Ni Made Ras Amanda Gelgel, Drs I Nyoman Wiratmaja MSi, dan Ketua Yayasan Bali Tresna Sujati Dewa Nyoman Budiasa.
Pastika berharap para cendekiawan Bali dapat menjadi teladan bagi generasi muda sehingga akan bisa terlahir para wakil rakyat yang berkualitas dan membawa Bali ke arah yang lebih baik.
Menurut dia, sejumlah permasalahan yang terjadi di Bali tidak terlepas karena para wakil rakyat tidak menjalankan fungsi legislasi, pengawasan, dan anggaran secara baik. Selain itu media cenderung bungkam.
Baca juga: Anggota MPR ajak masyarakat Bali perkuat komitmen kebangsaan hadapi pemilu
"Oleh karena itu, pemilu ke depan ini jangan cari wakil rakyat yang 'sontoloyo'. Mudah-mudahan bisa bergulir terus dari diskusi kecil seperti ini dan kita mencoba dapat membuat perubahan," katanya.
Pastika mengatakan perubahan itu dapat terjadi ketika ada orang pemberani, dikawal orang yang pintar, dan dituntaskan orang tulus ikhlas.
Ia mengajak senior-senior di Bali untuk melakukan koreksi dan memberikan ruang pada generasi muda. Jangan salahkan generasi muda jika skeptis terhadap pemilu karena memang dibuat situasinya selama ini seperti itu.
"Bali ini permata, kalau kita salah bertindak dalam pemilu maka permata ini bisa menjadi air mata," katanya pada acara yang berlangsung di Agro Learning Center Denpasar itu.
Sementara itu pengamat sekaligus akademisi Universitas Udayana Dr I Dewa Gede Palguna mengatakan untuk Bali yang lebih baik itu yang terpenting calon anggota legislatif dapat memahami persoalan yang dihadapi, mampu mencarikan solusi, dan kebijakan yang harus diambil.
Baca juga: Mangku Pastika ingatkan usaha kuliner di Bali terus jaga mutu
"Contohnya persoalan kondisi air di Bali hingga cara untuk mengatasi kemiskinan absolut di Bali. Kita memerlukan figur yang cukup pintar menyelesaikan itu dan yang tulus melaksanakan," katanya.
Mantan Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) ini berharap generasi muda dapat menjadi penggerak dalam perubahan. Menurut dia, kalau pemilih tetap berpikir pragmatis dan hanya mengutamakan uang, maka pemilu akan tetap membuat pilu," ucapnya.
Akademisi Dr Ni Made Ras Amanda Gelgel mengatakan pihaknya tidak bisa menutup mata dengan fenomena masyarakat saat ini ketika berhubungan dengan caleg yang selalu berkaitan dengan uang dan bansos.
"Jumlah pemilih dari generasi muda itu 40 persen dari total pemilih. Jadi kini saatnya generasi muda punya jiwa keberanian dan ketulusan 'nggak' karena mereka itu menentukan," ucapnya.
Selain itu, kata dia, permasalahannya apakah anak muda bisa mengakses sumber informasi politik yang tepat.
Sementara itu, akademisi I Nyoman Wiratmaja mengkritisi demokrasi yang selama ini sering terjebak pada kuantitas sehingga bukan memilih orang yang baik dan pintar, namun orang yang banyak pendukungnya.
"Jadilah pemilih yang cerdas dan mahasiswa harus menjadi pemilih yang kritis," ucapnya.
Narasumber lain, Dewa Nyoman Budiasa berpandangan apatisnya generasi muda dalam politik karena memang kurang pendampingan. "Namun kita tidak boleh membiarkan demokrasi layu dan tidak berkembang. Namun harus dapat memberikan ruh dalam demokrasi," paparnya.