Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Selasa menguat setelah indeks manufaktur di New York, Amerika Serikat (AS), mengalami kontraksi yang dalam.
Rupiah pada Selasa pagi naik 10 poin atau 0,06 persen ke posisi Rp14.795 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.805 per dolar AS.
"Rupiah berpeluang menguat hari ini terhadap dolar AS, setelah data indeks manufaktur di wilayah New York, AS, menunjukkan kontraksi yang dalam," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa.
Ariston mengatakan data indeks manufaktur New York terkontraksi 31,8, level terendah sejak April 2020. Hasil itu menambah kekhawatiran pasar soal kemungkinan resesi di AS.
Selain itu, ekspektasi jeda kenaikan suku bunga acuan AS juga membantu pelemahan dolar AS. Di sisi lain, pasar menantikan data produksi industri dan penjualan ritel China untuk April 2023. Data yang bagus bisa mendorong penguatan rupiah dan aset berisiko lainnya.
Dari dalam negeri, hasil surplus neraca perdagangan bisa memberikan persepsi positif terhadap rupiah meskipun terjadi penurunan ekspor dan impor. Penurunan ekspor dan impor dianggap wajar karena libur Idul Fitri.
Neraca perdagangan Indonesia pada April 2023 kembali mengalami surplus sebesar 3,94 miliar dolar AS sejak Mei 2020. Surplus neraca perdagangan berasal dari sektor nonmigas sebesar 5,64 miliar dolar AS, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai 1,70 miliar dolar AS.
Ariston menuturkan rupiah berpeluang menguat ke arah Rp14.750 per dolar AS, dengan potensi resisten di kisaran Rp14.830 per dolar AS.
Pada akhir perdagangan Senin (15/5/2023) rupiah melemah 54 poin atau 0,37 persen menjadi Rp14.805 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp14.751 per dolar AS.
Baca juga: Dari lantai bursa, IHSG berpeluang menguat seiring surplus neraca perdagangan RI
Kurs rupiah menguat setelah indeks manufaktur New York terkontraksi
Selasa, 16 Mei 2023 12:15 WIB