Jakarta (ANTARA) - Delegasi muda Parlemen RI melakukan perkuatan kerja sama internasional antara Indonesia dan Australia dalam berbagai bidang saat kunjungan kerja di Canberra, Australia.
"Hubungan bilateral terkini antara Indonesia dan Australia dapat digambarkan sebagai hubungan yang terus berkembang dengan berbagai tantangan dan peluang," kata Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Roro Esti bersama delegasi muda Parlemen RI lainnya diundang minum teh pagi bersama Jenderal (Purn) David Hurley, Gubernur Jenderal sekaligus Kepala Negara, yang mewakili Raja Charles III dari Britania Raya, di Canberra, Australia.
Hadir pula delegasi muda DPR RI lainnya dalam pertemuan dengan David Hurley, yang didampingi istrinya itu, yakni Charles Honoris, Athari Gauthi, Ratna Juwita Sari, dan Dhevy Bijak.
Pada pertemuan tersebut, menurut Roro Esti, dibahas kerja sama internasional antara Indonesia dan Australia dalam berbagai hal.
Pada bidang ekonomi, lanjutnya, Indonesia dan Australia saling bergantung satu sama lain.
"Australia merupakan mitra dagang terbesar ke-10 bagi Indonesia, sementara Indonesia adalah mitra dagang terbesar ke-13 bagi Australia," katanya.
Kedua negara juga telah menandatangani perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) pada 2019, yang diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan kedua negara.
Selain itu, tambahnya, Indonesia dan Australia memiliki kerja sama dalam sektor energi yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Kerja sama tersebut meliputi berbagai bidang seperti minyak, gas alam, batu bara, dan energi terbarukan.
Politisi muda Indonesia tersebut membahas mengenai bagaimana Indonesia dan Australia dapat mencapai target transisi energi masing-masing.
Menurut Roro Esti, Indonesia dan Australia sudah memulai langkah awal transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memenuhi target pengurangan emisi karbon yang telah ditetapkan dalam kesepakatan internasional.
Dalam perjalanan transisi energinya, lanjutnya, kedua negara masih menghadapi beberapa tantangan dalam transisi energi, seperti masih terbatasnya infrastruktur energi terbarukan dan masih dominannya penggunaan bahan bakar fosil dalam sektor energi.
Oleh karena itu, Roro Esti memandang transfer informasi dan teknologi antar dua negara amat penting untuk bersama-sama dapat mempelajari problematika transisi energi tersebut dan mencari solusinya untuk diterapkan di negara masing masing, terlebih Indonesia yang saat ini tengah merancang Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBET).