Jakarta (ANTARA) - Usai menghadiri diskusi tentang kanker payudara beberapa waktu lalu, Nana (49) asal Jakarta berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah konsultan onkologi Dr. dr. Samuel Haryono, Sp.B (K) Onk mengenai benjolan yang muncul di salah satu sisi bagian tubuhnya.
Sebagaimana hasil pemeriksaan medis terakhir, benjolan di ketiak kanan Nana itu ternyata adalah payudara ketiga, yang tiba-tiba muncul sejak dia berusia 26 tahun.
Menurut dr Samuel, payudara ketiga yang dimiliki Nana merupakan tambahan atau aksesoris. Ini kebanyakan muncul di ketiak, dan pada sejumlah kasus ada di bagian tubuh lain seperti bawah ketiak hingga perut dan umumnya hanya berbentuk puting.
Samuel yang tergabung dalam Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) itu mengatakan bahwa kondisi ini jarang terjadi dengan kasus hanya satu persen pada populasi masyarakat.
Sebenarnya apa itu payudara ketiga dan bagaimana Nana mendapatkannya? Kepada ANTARA Nana berkisah, ketiak kanannya tiba-tiba membesar saat usianya 26 tahun. Kala itu dia belum menikah. Terkadang ada rasa tak nyaman dan nyeri pada bagian ketiak kanannya yang membesar itu.
Saat hamil di usia 29 tahun, Nana mendapati ketiak kanannya semakin besar dan ukurannya bertambah besar saat melahirkan--kira-kira seukuran telur ayam kampung. Tetapi, setelah menyusui, ketiak kanan menyusut meskipun ukurannya masih lebih besar dari ketiak kiri.
Awalnya Nana mengira itu tumor sehingga berkonsultasi ke dokter yang berpraktik di kawasan Depok, Jawa Barat. Dokter kemudian mendiagnosis bahwa Nana memiliki payudara ketiga.
Nana kemudian diminta berkonsultasi dengan dokter bedah di salah satu rumah sakit kawasan Jakarta. Dia kemudian menjalani rontgen dan barulah dia menyadari bahwa itu bukan lah tumor melainkan kelenjar payudara yang tumbuh di ketiaknya.
Dokter sempat menyarankannya menjalani prosedur bedah karena khawatir tumbuh menjadi sel kanker. Tetapi Nana belum melakukannya hingga kelenjar itu berada di ketiaknya selama 23 tahun terakhir.
Walau begitu, dia menjalani USG dan mamografi (pemeriksaan kelenjar payudara dengan sinar X) untuk deteksi dini kanker payudara. Hasil USG setahun lalu menunjukkan tak ada tanda kanker pada ketiak kanannya itu.
Apa yang dialami Nana juga pernah dialami seorang wanita bernama Nicole di Amerika Serikat pada tahun 2018. Dia, seperti dilaporkan media, memiliki benjolan di ketiak kanan selama 11 tahun yang juga dikatakan sebagai payudara ketiga. Dalam sebuah wawancara, Nicole menjelaskan benjolan ini seukuran bola bisbol dan muncul sejak dia menyusui putri pertamanya.
Pakar dermatologi bersertifikat di Amerika Serikat Dr. Sandra Lee memeriksa kulit ketiak Nicole dan menemukan jaringan lemak di sana. Setelah melakukan sejumlah pemeriksaan, dia mengatakan payudara ketiga Nicole merupakan aksesori ginekomastia. Benjolan ini muncul ketika sejumlah kecil jaringan payudara berpindah ke ketiaknya dan kemudian membesar setelah Nicole hamil.
Sementara itu, Pakar laktasi Getty Greenman, IBCLC dari organisasi konsultan dan spesialis kesehatan menyusui Breastfeeding with Love menuturkan bahwa beberapa orang kebetulan dilahirkan dengan jaringan payudara ekstra di area ketiak mereka. Kondisi ini bukan hanya dialami wanita tetapi juga pria.
Senada dengan Samuel, dia mengatakan, persentase kejadian ini hanya satu hingga dua persen pada populasi masyarakat. Menurut Greenman, jaringan kelenjar payudara ekstra biasanya terletak di area ketiak dan mungkin tidak diperhatikan sampai seseorang mengalami perubahan hormonal yang membuatnya lebih jelas.
Laktasi dapat menyebabkan jaringan payudara tambahan bertambah besar dan atau menghasilkan air susu, sehingga mungkin mengalami pembengkakan yang berfluktuasi.
Greenman mengatakan beberapa dokter mungkin merekomendasikan kompres panas atau dingin untuk mengatasi pembengkakan ini. Lalu, dalam beberapa kasus, mereka mungkin merekomendasikan operasi untuk mengangkat jaringan payudara ekstra.
Penting untuk diperiksakan
Berbicara penyebab adanya benjolan di ketiak, ini termasuk peradangan, mastitis atau pembengkakan saat menyusui, abses, kista, benjolan jinak, dan tumor ganas. Oleh karena itu, menjadi penting untuk mendapatkan bantuan pakar kesehatan jika seseorang melihat perubahan yang mengkhawatirkan.
Di sisi lain, ada juga kasus puting ketiga yakni puting tambahan pada bagian dada yang biasanya lebih kecil dari puting biasa dan sering disalah-artikan sebagai tahi lalat atau tanda lahir. Puting ketiga umum terjadi dan biasanya tidak berbahaya. Pada beberapa kondisi, puting ini tidak perlu dibedah karena alasan kesehatan.
Puting ketiga bisa berada di mana saja di dada dan sering terbentuk sebelum kelahiran dan di sepanjang garis yang melengkung dari ketiak ke kedua sisi tubuh. Ketika puting ekstra terjadi sendiri atau hanya puting maka disebut sebagai polythelia. Tetapi, ketika puting ketiga terhubung ke jaringan dan kelenjar payudara maka disebut polymastia.
Jika seseorang mengalami polymastia, jaringan payudara ekstra itu rentan terhadap penyakit yang sama yang dapat memengaruhi jaringan payudara pada umumnya.
Dalam kasus yang jarang terjadi, puting ketiga bisa menjadi tanda cacat payudara bawaan atau tanda awal pertumbuhan atau tumor ganas. Sejumlah referensi medis mencatat, salah satu gen yang dapat menyebabkan puting ekstra, yang disebut gen Scaramanga, juga memungkinkan puting ekstra terkena kanker payudara, seperti halnya payudara biasa.
Berkonsultasi ke dokter juga diperlukan jika puting ekstra membentuk benjolan baru, jaringan keras, atau ruam di area tersebut. Dokter biasanya harus memeriksa puting ekstra jika ada cairan abnormal yang keluar dari puting.
Seseorang sebaiknya berkonsultasi dengan dokter bila puting ekstra menyebabkan tidak nyaman karena nyeri menyusui atau nyeri yang menjalar, untuk mengetahui apakah ada pilihan perawatan atau pembedahan yang tepat dalam menanganinya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Satu persen populasi miliki payudara ketiga, berbahayakah?