Denpasar (Antara Bali) - Wakil Ketua "Bali Tourism Board" atau BTB Njoman Suwidjana meyakini, pembunuhan terhadap Hiroma Shimada (41), warga Jepang beberapa waktu lalu tidak mempengaruhi kunjungan pariwisata ke Bali.
"Kasus yang menimpa Hiromi Shimada ini termasuk tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), bukan kejahatan umum seperti jambret atau perampokan," kata Wakil Ketua BTB Bidang Litbang itu di Denpasar, Rabu.
Hal itu, katanya, karena pelakunya dipastikan orang dekat dan kenal dengan korban. "Kasus dalam rumah tangga, polisi secanggih apapun tentu tidak mampu mendeteksi sejak dini karena semua itu ada di pikiran masing-masing orang," kata dia.
Namun demikian, katanya, karena melibatkan orang dekat, maka polisi akan sangat mudah untuk bisa menangkap pelakunya.
Jepang masuk dalam daftar tiga besar kunjungan wisatawan ke Bali yang angkanya bersaing dengan Australia dan Taiwan. "Kasus ini berbeda dengan kasus warga Jepang yang menjadi korban perampokan sampai dibunuh beberapa waktu sebelumnya," ujarnya.
Untuk pengamanan pariwisata Bali ke depan, ia berharap seluruh masyarakat dapat ikut menjaga Bali karena target teroris masih perlu diwaspadai serta kejahatan umum lainnya dengan tujuan tertentu.
Tipe masyarakat Bali adalah saling percaya dan menilai bahwa setiap orang yang datang ke Bali memiliki maksud baik.
"Faktanya, banyak pelaku kejahatan justru dari luar Bali. Ini menunjukkan bentuk kelengahan dari masyarakat. Ini yang menyebabkan norma saling percaya sudah bergeser menjadi saling curiga," katanya.
Menurut dia, hal itu merupakan konsekuensi urbanisasi yang sangat pesat dan warga lokal terlmbat untuk menyesuaiakan diri.
Untuk mengantisipasinya, tentu warga harus melibatkan pendatang dalam setiap kegiatan agar semua tetangga dapat saling mengenal. (*)
Pembunuhan Warga Jepang tak Pengaruhi Kunjungan Wisatawan
Rabu, 30 Desember 2009 9:52 WIB