Denpasar (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali menyatakan provinsi setempat pada 2023 masih menghadapi sejumlah tantangan jangka pendek dan jangka panjang untuk melakukan pemulihan ekonomi.
"Dalam jangka pendek, kita dihadapkan pada risiko ekonomi global tahun 2023, maupun risiko konflik geopolitik Rusia dan Ukraina," kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Gusti Agung Diah Utari di Denpasar, Rabu.
Diah Utari menyampaikan hal tersebut dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia yang dihadiri para pemangku kepentingan terkait dari unsur organisasi perangkat daerah, TNI-Polri, kalangan swasta, perguruan tinggi dan sejumlah mitra strategis KPwBI Provinsi Bali.
Tantangan jangka pendek berikutnya, lanjut dia, juga datang dari dampak scarring effect (luka memar) di bidang pariwisata yang masih berlanjut, tekanan inflasi tahun 2023 dan ancaman proteksionisme global, serta kebijakan Zero COVID di China.
Sedangkan untuk tantangan jangka menengah dan panjang, pihaknya melihat tantangan dari sisi perubahan tren perilaku wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik pasca-pandemi.
"Demikian pula keterbatasan pembiayaan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan tuntutan transisi pariwisata menuju pariwisata hijau," ucapnya.
Baca juga: BI: Pengguna QRIS di Bali lampaui "merchant"
Oleh karena itu, KPwBI Provinsi Bali menyampaikan sejumlah rekomendasi dalam menghadapi tantangan ekonomi tersebut. Untuk jangka pendek melalui penguatan dan pengembangan wisata potensial (MICE, wisata bahari, wisata kesehatan dan sebagainya). Kemudian digitalisasi dan on boarding UMKM.
Rekomendasi jangka pendek berikutnya melalui inovasi pembiayaan dan kemudahan investasi serta penguatan ketahanan pangan dalam pengendalian inflasi.
Sedangkan untuk rekomendasi jangka menengah panjang melalui diversifikasi ekonomi, yakni digitalisasi pertanian hulu dan hilir serta pengembangan ekonomi kreatif di sektor kriya, fashion dan kuliner.
Berikutnya dengan pengembangan pariwisata yang berkualitas melalui desa wisata, wisata alam, MICE, wisata kesehatan dan kebugaran serta hub untuk wisata bahari.
Meskipun dihadapkan sejumlah tantangan, Diah Utari optimistis tren pemulihan ekonomi Bali saat ini yang saat ini sudah positif akan berlanjut pada 2023.
Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan III 2021 tercatat sebesar 8,09 persen (yoy) atau meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,05 persen (yoy).
Baca juga: Bank Indonesia luncurkan buku penguatan struktur ekonomi pariwisata
Walaupun dihadapkan pada sejumlah tantangan, pihaknya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Bali pada 2023 berada pada kisaran 4,40 persen hingga 5,20 persen.
KPwBI Provinsi Bali sepanjang 2022 ini telah melakukan sejumlah upaya dukungan pemulihan ekonomi dan pengendalian inflasi di Pulau Dewata.
"Diantaranya dalam pengembangan ekonomi melalui pelaksanaan Bali Jagadhita Culture Week, onboarding UMKM, business matching produk UMKM dan proyek investasi," ujarnya.
Sedangkan dalam sistem pembayaran dengan edukasi digitalisasi sistem pembayaran, mendorong transaksi digital QRIS pada kegiatan strategis, program Semarak QRIS dan SIAP QRIS, maupun perluasan dan percepatan digitalisasi transaksi pemda," katanya.
Sementara itu terkait pengendalian inflasi melalui dukungan operasi pasar, pemberian bantuan bibit cabai, fasilitasi kerja sama antardaerah dan dukungan hilirisasi produk pangan.
"Kami juga rutin menggelar webinar dan diskusi untuk mendorong pemulihan ekonomi Bali melalui sektor pariwisata, mendorong perpanjangan restrukturisasi kredit, penyampaian laporan perekonomian terkini, dan program peningkatan kapasitas," kata Diah Utari.
Dalam kesempatan tersebut juga diserahkan penghargaan Bali Kertha Buwana kepada sejumlah mitra strategis yang turut mendukung kinerja KPwBI Provinsi Bali.