Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan selama puncak perhelatan G20 pada 15-16 November 2022, tak ada sama sekali penggunaan pawang hujan, melainkan berkat doa yang dilakukan secara rutin.
"Kondisi yang baik ini (cerah) bisa dicapai hanya dengan Doa Ngrastiti Bhakti, sama sekali tidak memakai pawang hujan," kata Koster dalam jumpa pers setelah perhelatan G20 di Denpasar, Jumat.
Gubernur menyampaikan Pemprov Bali turut terlibat dalam hal sekala (duniawi) dan niskala (non-duniawi) dalam G20, salah satunya pelaksanaan Doa Ngrastiti Bakti yang berarti permohonan agar G20 berjalan lancar.
"Secara khusus saya memohon agar penyelenggaraan pertemuan G20 berjalan dengan lancar, nyaman, aman, damai, dan sukses, serta memohon agar tidak ada hujan selama berlangsungnya acara," ujarnya.
Baca juga: Presiden: "gala dinner" G20 tak pakai pawang hujan, tapi rekayasa cuaca
Wayan Koster bercerita bahwa saat berlangsungnya Gala Dinner pada Selasa (15/11) di ruang terbuka Garuda Wisnu Kencana (GWK) sempat muncul kekhawatiran dari BMKG dan panitia G20 terkait turunnya hujan. Namun, akhirnya pada pukul 19.30 Wita saat berlangsung acara, langit justru cerah dan berbintang.
Hal serupa juga terjadi kala para pimpinan negara G20 hendak melaksanakan penanaman mangrove di Tahura Ngurah Rai Denpasar. "Semula dikhawatirkan akan ada hujan, Astungkara, sama sekali tidak ada hujan, suasana cerah dan terang," kata Koster menyebut semuanya dapat dicapai dengan Doa Ngrastiti Bhakti.
Adapun upacara permohonan yang dilakukan dengan ajaran Hindu tersebut dilakukan di 23 Pura Kahyangan Jagat atau pura-pura yang menjadi pusat di Bali, dengan pelaksanaan doa rutin sejak Januari 2022.
"Tanggal 17 Januari 2022 bertepatan dengan Hari Suci Purnama Kaulu, di Pura Panataran Silawana Hyang Sari Lempuyang, Pura Andakasa, Pura Goa Lawah, Pura Batukau, Pura Uluwatu, dan Pura Wi Mukti," kata gubernur asal Buleleng itu.
Baca juga: Konpendium Bali masuk Deklarasi Bali G20
Ia menyebut pelaksanaan doa rutin dilakukan pada 6 Februari 2022 di Pura Puncak Mangu, Pura Ulun Danu Songan, Pura Agung Besakih, dan Pura Pasar Agung Besakih Giri Tolangkir.
Pada 8 Februari 2022 dilaksanakan di Pura Bukit Indrakila dan Pura Hyang Aluh Besakih, dan 9 Oktober 2022 di Pura Silawana Hyang Sari, Pura Windhu Sari, Pura Silayukti, Pura Andakasa, Pura Gowa Lawah, Pura Dalem Sakenan, Pura Geger, dan Pura Uluwatu.
"Pada 12 November 2022, di tiga pura, yaitu Pura Pucak Sinunggal, Pura Bukit Indrakila dan Pura Tegal Suci Pagenian, Besakih. Saya menugaskan semua bendesa desa adat di Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta Selatan, dan Kecamatan Denpasar Selatan, untuk bersama-sama Ngrastiti Bhakti sekaligus mulai tanggal 12-17 November 2022," ujar Koster.
Baca juga: Deklarasi Bali tunjukkan komitmen G20 untuk transformasi digital
Selain itu, doa rutin untuk kelangsungan G20 juga sempat dilakukan serentak pada Rabu (26/10) di Peninsula, Nusa Dua, yang diikuti 1.300 pinandita dan pemimpin umat beragama dipimpin Ida Shri Bhagawan Putra Nata Nawa Wangsa Pemayun.
Sementara itu, pada Kamis (17/11) Presiden RI Joko Widodo juga menyampaikan soal kekhawatiran turunnya hujan, namun antisipasi secara ilmiah telah dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), yaitu dengan teknologi modifikasi cuaca.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Gubernur Bali: G20 tidak pakai pawang hujan tapi doa rutin