Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta menyatakan pemilahan sampah berbasis sumber yakni dari rumah warga menjadi kunci keberhasilan penanganan masalah sampah.
Bupati Nyoman Suwirta saat ditemui di Klungkung, Bali, Sabtu menceritakan metode pemilahan sampah dari rumah telah terbukti membawa perubahan pada penanganan sampah di wilayah yang dipimpinnya.
"Dengan adanya pertanian organik, maka sekarang sebagian besar kita berani untuk menciptakan kompos sebanyak-banyaknya. Sehingga, pengolahan sampah di sini tidak banyak mesin, tetapi kita lebih mengedepankan pemilahan sampah dari rumah," kata Bupati asal Nusa Penida tersebut saat menghadiri Pelantikan dan Diklat Peningkatan Kapasitas Jaringan Jurnalis Peduli Sampah (J2PS) di Toss Center, Karangdadi, Klungkung.
Dia mengatakan melalui program Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) Gema Santi yang diusahakan 100 persen rampung tahun ini, telah banyak mendapat kunjungan dan studi banding para kepala daerah dari tempat lain, maupun komunitas-komunitas yang memiliki kepedulian terhadap masalah sampah dari daerah Bali maupun dari luar Bali.
Selain dinilai telah berhasil menangani sampah, TOSS Klungkung, kata dia, telah menjadi model ekonomi sirkular dimana TOSS Klungkung menghasilkan banyak pupuk organik untuk menekan biaya operasional pengadaan pupuk kantor-kantor di Kabupaten Klungkung, membantu petani dengan kompos, banyak pekerja yang mendapatkan pekerjaan dalam proses pemilahan sampah.
"Ini hanya perubahan perilaku saja sebenarnya. Kalau itu (pemilahan sampah dari rumah) dilakukan, maka 50 persen masalah sampah sudah selesai karena sudah dipilah oleh masyarakat," kata dia.
Dia mengatakan membentuk persepsi masyarakat yang sadar akan sampah memang bukan pekerjaan mudah, tetapi dia meyakini dengan kampanye, sosialisasi dan pemberitaan yang terus-menerus, perlahan-lahan pola pikir masyarakat akan terbentuk.
"Karena itu, penting bagaimana mengedukasi semua elemen masyarakat agar taat memilah sampah dari rumah. Kalau itu tidak selesai, maka pekerjaan itu akan makin rumit dan biaya operasional juga akan tinggi. Ujung-ujungnya residu juga tinggi," kata dia.
Dia menjelaskan pemerintah Kabupaten Klungkung sendiri akan menganggarkan dana sekitar Rp6 miliar untuk terus menata tempat pengolahan sampah tersebut agar terintegrasi untuk menekan residu dari sampah yang diolah di tempat tersebut dan menjadikan tempat tersebut sebagai contoh penanganan sampah untuk daerah lain di Indonesia.
Dia mengatakan tempat olah sampah tersebut mampu mengolah sekitar 30 ton sampah per harinya dengan residu yang masih mencapai 30 persen.
Dalam acara pelantikan dan diklat Jaringan Jurnalis Peduli Sampah tersebut juga turut dihadiri oleh Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3 dan PPKLH Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali, I Made Dwi Arbani, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Klungkung, I Ketut Suadnyana dan 35 orang wartawan yang tergabung dalam Jaringan Jurnalis Peduli Sampah.