Kuta (Antara Bali) - Jaringan produsen vaksin negara-negara berkembang (Developing Countries Vaccine Manufacturers Network/DCVMN) tak gentar menghadapi persaingan dengan industri vaksin di China, kata Presiden DCVMN, Akira Homma.
"China baru dua tahun lagi mendapatkan prakualifikasi dari WHO (Badan Kesehatan Dunia), sedangkan anggota kita sudah banyak yang mendapatkannya," kata Akira Homma dalam jumpa pers menjelang Konferensi Ke-13 DCVMN pada 31 Oktober-2 November 2012 di Kuta, Selasa.
Kalau pun pada saatnya nanti, China mendapatkan prakualifikasi vaksin dari WHO, maka menurut dia, negara-negara berkembang anggota DCVMN sudah menemukan vaksin-vaksin baru.
"Oleh sebab itu, kami sama sekali tidak khawatir dengan China," kata Direktur Bio Manguinhas, produsen vaksin di Brazil itu.
Bahkan Akira menilai, vaksin yang diproduksi PT Bio Farma di Bandung, Jawa Barat, kualitasnya sama dengan vaksin yang diproduksi di negara-negara maju.
"Apalagi 13 tahun lalu, di Bandung, WHO telah mendorong negara-negara berkembang memproduksi vaksin dengan harga terjangkau untuk memenuhi kebutuhan di dalam negerinya," katanya.
Sampai saat ini Bio Farma telah mampu memproduksi 1,4 miliar dosis vaksin per tahun. Kapasitas produksi itu merupakan tertinggi di dunia. Secara kualitas, produksi vaksin Bio Farma setara dengan yang diproduksi di Brazil.
"Sekarang ini wabah polio masih menjadi wabah besar di Nigeria, Pakistan, dan Afghanistan. Hal ini yang menjadi perhatian bagi WHO," katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bio Farma, Iskandar, menyatakan, dengan ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Ke-13 DCVMN menunjukkan bahwa badan usaha milik negara (BUMN) yang dia pimpin itu sudah pantas menjadi mitra penting bagi negara-negara berkembang dalam industri vaksin.
"Kami akan menawarkan kepada negara-negara berkembang sistem partnership, baik riset maupun produksinya," katanya dalam memberikan keterangan pers bersama Akiro Homma yang dipandu moderator wartawan senior LKBN ANTARA Edi Utama itu.
Sampai saat ini sudah ada 11 item vaksin yang diproduksi oleh Bio Farma telah mendapatkan pengakuan dari WHO. "Dengan adanya prakualifikasi dari WHO, produk kami layak ekspor. Hingga kini kami sudah mengekspor ke 117 negara," kata Iskandar.
Meskipun sudah lebih maju di bidang produksi vaksin, Bio Farma tetap menginginkan adanya transfer teknologi vaksin dalam konferensi yang berlangsung di Bali selama tiga hari itu dengan diikuti 14 negara anggota DCVMN.(M038/DWA)
Negara Berkembang Tak Gentar Hadapi Vaksin China
Selasa, 30 Oktober 2012 15:04 WIB