Jambi (Antara Bali) - Ketua Lembaga Sensor Film Indonesia mengungkapkan film Upin-Ipin yang dikonsumsi generasi kekanak di hampir seluruh tanah air saat ini sesungguhnya adalah alat politik kebudayaan dari negeri Jiran yang halus dan familiar.
"Tanpa kita sadari sesungguhnya sistem pertahanan budaya negeri Jiran Malaysia yang dengan bingkai Malay World (Dunia Malayu) telah merasuk secara halus ke tengah perikehidupan generasi masa kini melalui media film animasi, Upin-Ipin adalah salah satu contohnya," kata Ketua LSF Indonesia, DR Mukhlis PaEni di Jambi, Kamis.
Hal tersebut diungkapkan Mukhlis saat menjadi pembicara pada Seminar Nasional Asosiasi Tradisi Lisan di Hotel Ratu kota Jambi.
Dikatakan dia, film Upin-Ipin jelas-jelas mengemban misi dan visi masa depan Malay World seperti yang menjadi jargon politik kebudayaan Malaysia, dan melalui media film atau animasi sangat efektif mereka telah menularkan paham-paham dan pemikiran kebudayaan tersebut kepada masyarakat nusantara yang termasuk dalam ras Melayu termasuk Indonesia.
"Saat ini bisa kita lihat sendiri, betapa generasi kita, anak-anak kita, cucu-cucu kita telah begitu terbius dengan tokoh Upin-Ipin itu, apa visi misi yang disuntikkan dan ditularkannya adalah semangat persahabatan multi etnis sebagaimana misi Malay World yang lingkup kawasannya meliputi wilayah yang sangat luas di daratan dan lautan Pasifik ini,'' ungkapnya.
Wilayah itulah, yang dalam bingkai kacamata Malaysia ingin dijadikan jazirah peradaban dan kebudayaan Melayunya di masa mendatang, dan sebagai dampak dari sistem kampanye yang dilakukan melalui animasi anak-anak sekarang ini dampaknya akan terasa dan terlihat 25 hingga 30 tahun mendatang ketika anak-anak sekarang telah tumbuh menjadi generasi produktif.(LHS/T007)
Upin Ipin Jadi Akses Politik Kebudayaan
Kamis, 27 September 2012 17:06 WIB