"Jumlah ini terendah se-Bali, bahkan secara nasional, Gianyar menjadi yang terbaik dalam penanganan stunting," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, Ida Komang Upeksa dalam siaran pers Diskominfo di Gianyar, Kamis.
Pemkab Gianyar saat ini sedang mengidentifikasi keberadaan serta penyebab dari balita stunting tersebut.
Baca juga: Menteri BPN: Bali hadapi kelangkaan air
Rembuk Stunting diikuti oleh 140 peserta dari OPD (organisasi perangkat daerah) serta desa se-Kabupaten Gianyar. Dimana peserta dibagi menjadi dua yakni 70 orang mengikuti secara daring dan 70 lainnya mengikuti secara luring.
Rembuk Stunting menghadirkan tiga narasumber yakni dari Dinas Kesehatan dengan materi “Rembuk Aksi Percepatan Penurunan Stunting”, dari Bappeda dan Litbang dengan materi “Aksi Konvergensi Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Gianyar”, serta Dari Dinas PMD dengan materi “Kebijakan Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk Penanggulangan Stunting di Kabupaten Gianyar.
Pada saat Rembuk Stunting tersebut juga disepakati desa lokus penanggulangan stunting 2023 di Kabupaten Gianyar.
Baca juga: Pemkab Gianyar tingkatkan sekolah ramah anak
Desa lokus tersebut berdasarkan perhitungan desa/kelurahan dengan prevelensi 4 persen ke atas serta desa/kelurahan dengan jumlah keluarga berisiko di atas 1.000.
Sekretaris Daerah Kabupaten Gianyar I Made Gede Wisnu Wijaya mengatakan
dalam situasi pandemi/pascapandemi ini, permasalahan kesehatan tidak bisa diabaikan begitu saja terutama permasalahan stunting.
"Karena merupakan permasalahan rawan yang mengakibatkan rendahnya kualitas generasi penerus bangsa. Sehingga diperlukan beberapa upaya dalam Percepatan Penurunan Stunting. Salah satunya dengan pelaksanaan Rembuk Stunting," kata Sekda Gianyar.
"Karena merupakan permasalahan rawan yang mengakibatkan rendahnya kualitas generasi penerus bangsa. Sehingga diperlukan beberapa upaya dalam Percepatan Penurunan Stunting. Salah satunya dengan pelaksanaan Rembuk Stunting," kata Sekda Gianyar.