"Wisata edukasi ini ditujukan agar petani memiliki peningkatan pendapatan serta meningkatkan kapasitas dengan sistem pertanian organik yang terintegrasi," kata Area Manager Comm., Rel. & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus Deden Mochammad Idhani dalam siaran persnya di Denpasar, Bali, Selasa.
Dalam program wisata edukasi pertanian ini, Pertamina fokus pada pengembangan sistem pertanian organik yang terintegrasi dan wisata edukasi agrikultur.
Pengembangan kedua sistem itu berintegrasi dengan konservasi jalak Bali dari kelompok Uma Palak Lestari sebagai sasaran program.
Adapun pengembangan sistem pertanian organik yang terintegrasi didasarkan pada permasalahan ekonomi petani karena tidak dapat mengendalikan harga pasar dan gagal panen.
"Kami harap program ini dapat membantu mengoptimalkan pemanfaatan lahan petani melalui beberapa kegiatan budidaya yang saling terkait satu sama lainnya, yaitu program pemanfaatan limbah organik dalam budidaya maggot yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan burung dalam konservasi jalak Bali karena kandungan proteinnya yang tinggi," kata Deden.
Ia mengatakan pertanian organik yang diberikan pupuk dari sisa limbah maggot dapat menghasilkan sayur dan buah organik. Kemudian dapat dijual secara langsung oleh petani kepada pengunjung wisata.
Sedangkan tanaman bunga yang diberikan pupuk selain dapat memperindah lokasi konservasi juga dapat menghasilkan nektar yang dimanfaatkan lebah madu untuk membuat madu.
Selanjutnya, Pertamina juga menerapkan kombinasi program yaitu sistem pertanian organik yang terintegrasi dan konservasi jalak.
Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya peralihan dan penyempitan lahan hijau. Setelah ditetapkannya kawasan pertanian di Desa Adat Peguyangan sebagai kawasan hijau dapat mencegah pemilik lahan untuk melakukan alih fungsi lahan.
Sementara itu, terkait program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus di Denpasar ini, menurut Deden sejalan dengan penerapan Environment, Social dan Governance (ESG) dan Sustainability Development Goals (SDGs).
Setelah 3 tahun berjalannya program sejak 2020, kelompok Uma Palak Lestari telah melakukan produksi pelet sebagai pendukung kegiatan konservasi jalak bali, serta produksi maggot sebagai bagian dari sistem pertanian organik yang terintegrasi
Pendapatan petani meningkat dengan penjualan pelet Rp10.000 per bungkus dan penjualan maggot Rp 5000 per kap.
"Tingginya pengunjung yang dapat mencapai 100-200 orang per hari juga mendatangkan keuntungan sendiri bagi masyarakat. Selain dari peningkatan pendapatan dari parkir, juga dapat menjual langsung hasil pertanian nya ke pengunjung yang datang," katanya.