Denpasar (ANTARA) - Umat Hindu di Bali setiap 210 hari sekali memperingati Tumpek Wayang yang merupakan salah satu hari suci untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas ciptaan-Nya pada kesenian.
Dalam tradisi orang Bali, Tumpek Wayang dikenal sebagai hari untuk melakukan ritual bagi benda-benda seni dan berbagai jenis ukir-ukiran seperti wayang. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang memiliki wayang (khususnya para dalang) akan melakukan upacara yadnya pada Tumpek Wayang.
Demikian halnya jika dalam keluarga memiliki anak yang lahir pada wuku Wayang, maka mereka melakukan upacara dan upakara Bayuh Oton dengan pementasan Wayang Sapuh Leger.
Namun, Tumpek Wayang untuk tahun ini yang jatuh pada 5 Maret 2022, memberikan nuansa yang berbeda karena umat Hindu di Bali tak hanya melakukan kegiatan persembahyangan atau yang berbau ritual dengan kesenian.
Bahkan selain umat Hindu pun kini dapat ikut serta larut merasakan pemaknaan Tumpek Wayang secara lebih luas, setelah dikeluarkannya Instruksi Gubernur Bali No 4 Tahun 2022 tentang Perayaan Rahina Tumpek Wayang dengan Upacara Jagat Kerthi.
Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan perayaan Tumpek Wayang berkaitan dengan implementasi nilai kearifan lokal Jagat Kerthi yang merupakan salah satu bagian dari Sad Kerthi.
Sad Kerthi merupakan enam upaya untuk mewujudkan keharmonisan dan keseimbangan alam semesta yang terdiri dari Atma Kerthi, Samudra Kerthi, Wana Kerthi, Danu Kerthi, Jagat Kerthi dan Jana Kerthi.
Baca juga: Gubernur Bali keluarkan SE 5/2022 tentang pemanfaatan PLTS atap
Lantas apa kaitan wayang dengan alam semesta? Menurut Koster, jika dicermati wujud dan tata laku pertunjukan wayang kulit Bali merupakan miniatur dari konsep kesejagatan alam raya.
Dalam satu kropak wayang terdiri atas ratusan figur dan tokoh yang memiliki peran dan tata laku sebagaimana kehidupan manusia di muka bumi.
Kemudian, dalam mitologi Siwa Nataraja disebutkan, ketika dunia pertama kali tercipta, dunia berada dalam kondisi tidak stabil sehingga tidak ada kehidupan di muka bumi.
Prihatin terhadap keadaan dunia yang labil, Dewa Siwa dalam "prabawa" atau wujud Natha Raja (raja diraja) kemudian memutar dunia dengan gerakan (kaki dan tangan) menari sehingga tercipta keteraturan ritme dan harmoni di bumi.
Sejak saat itulah kehidupan di muka bumi mulai ada, diawali dari tumbuh-tumbuhan, binatang, kemudian barulah manusia. "Keberhasilan Dewa Siwa menciptakan keteraturan dan harmoni bumi beserta makhluk hidup inilah dimuliakan dengan Upacara Jagat Kerthi yang salah satunya kita rayakan pada Tumpek Wayang," ujar Koster.
Oleh karena itu, dalam perayaan Tumpek Wayang di Provinsi Bali juga dirangkaikan dengan "ground breaking" pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Jalan Tol Bali Mandara dan pameran kendaraan bermotor listrik serta pementasan wayang kulit yang dipusatkan di Taman Budaya, Denpasar.
"Momentum perayaan Tumpek Wayang ini menjadi bersesuaian pula dengan salah satu tiga fokus agenda dalam pelaksanaan Presidensi G20 Indonesia untuk 2022 ini, yakni khususnya terkait transisi energi," kata Koster.
Baginya, kearifan lokal Sad Kerthi yang telah diwariskan para leluhur masyarakat Bali memang mengandung nilai-nilai universal sehingga tetap menjadi kebutuhan sepanjang zaman.
Baca juga: Jelang G20, Gubernur Koster terus wujudkan Bali mandiri energi
Pembahasan mengenai transisi energi menuju energi hijau sangatlah penting karena mencerminkan pandangan serta perspektif Indonesia sebagai negara berkembang dan negara kepulauan yang sangat terdampak oleh perubahan iklim.
Bali mandiri energi
Gubernur Bali Wayan Koster saat menyampaikan sambutan dalam peringatan Rahina (hari) Tumpek Wayang itu menyatakan pihaknya terus berupaya untuk mewujudkan Bali mandiri energi dengan menggunakan energi bersih, sehingga daerah setempat tidak terus tergantung pasokan listrik dari Pulau Jawa.
"Dalam visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, saya akan wujudkan Bali mandiri energi. Sekarang dari kapasitas listrik Bali 1.250 MW itu, 380 MW masih disuplai dari Paiton," katanya.
Koster pun menyebut sebelumnya sudah berbicara dengan Menteri ESDM dan Dirut PLN agar dalam memenuhi kebutuhan listrik di Bali harus menggunakan energi bersih.
Bahkan dia sempat menolak suplai 500 MW dari Paiton karena membuat ketergantungan Bali dari luar makin tinggi, di samping bahan bakarnya menggunakan batubara yang tidak ramah lingkungan.
Bali haruslah menggunakan tenaga listrik yang ada di Bali dan mentransisikan pembangkit listrik yang sebelumnya menggunakan bahan bakar batu bara ataupun solar menjadi energi yang terbarukan, minimal menggunakan gas.
Selanjutnya bertepatan dengan Tumpek Wayang juga dimulai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Tol Bali Mandara yang sekaligus mencatatkan PLTS pertama dalam sejarah infrastruktur jalan tol di atas laut di Indonesia.
"Ini sebagai wujud keseriusan Bali menyambut KTT G20 yang salah satunya membahas isu transisi energi menuju energi hijau dan ramah lingkungan," ucap Koster.
Baca juga: G20 momen untuk fokus pada pendanaan untuk transisi energi hijau
PLTS Atap tersebut, juga dijadikan pemantik dan memberikan seruan terhadap beberapa pembangkit listrik yang ada di Bali, seperti pembangkit listrik di Celukan Bawang dan di Gilimanuk agar segera dapat beralih menggunakan energi yang ramah lingkungan secara bertahap dan tidak lagi menggunakan pembangkit yang bersumber dari batubara atau fosil.
Sebagai daerah destinasi pariwisata dunia, Bali tidak hanya perlu mandiri energi, akan tetapi Bali harus menggunakan energi bersih dari hulu ke hilir, seperti perkantoran, perumahan, mal, hotel, restoran hingga pasar swalayan dengan menggunakan rooftop sebagai tempat panel surya di bagian atap bangunan.
Dengan penggunaan energi bersih, maka diharapkan udara yang dihirup semakin bersih, polusi udara juga akan berkurang dan tingkat kesehatan masyarakat bisa meningkat.
Terkait dengan penggunaan energi bersih dan kebijakan yang ramah lingkungan, sebelumnya juga telah dikeluarkan sejumlah regulasi seperti Pergub Nomor 97 Tahun 2018 Tentang Pembatasan Timbunan Sampah Plastik Sekali Pakai dan Pergub Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Sistem Pertanian Organik.
Kemudian Pergub Nomor 45 Tahun 2019 Tentang Bali Energi Bersih; Pergub Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber; Pergub Nomor 48 Tahun 2019 Tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai; serta Pergub Nomor 24 Tahun 2020 Tentang Pelindungan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut.
Direktur Bisnis PT Jasa Marga (Persero) Tbk Reza Febriano menambahkan, pengurangan emisi karbon global yang merupakan salah satu fokus dari Keketuaan G20 Indonesia menjadi perhatian dan komitmen bersama.
Hal ini juga selaras dengan salah satu dari tiga fokus agenda dalam Keketuaan G20 Indonesia yaitu transisi energi yang berkelanjutan. Inilah yang mendasari kerja sama pembangunan PLTS dengan Bukit Asam yang turut mewujudkan upaya jalan tol berkelanjutan Jasa Marga Group.
Jalan Tol Bali Mandara sebagai salah satu infrastruktur yang akan mendukung pelaksanaan Keketuaan G20 Indonesia tahun 2022 dengan menghadirkan infrastruktur yang ramah lingkungan berupa dibangunnya PLTS untuk memenuhi operasional keseharian jalan tol ini.
Baca juga: PLN bangun 36 PLTS atap untuk G20 di Bali
PLTS Atap di Jalan Tol Bali Mandara yang ditargetkan rampung pada Juli 2022 memiliki kapasitas maksimum 400 kilowatt-peak (kWp), dan pembangunan PLTS ini akan dimulai di Gerbang Tol Bandara I Gusti Ngurah Rai yang selanjutnya akan diteruskan ke Gerbang Tol Nusa Dua dan Gerbang Tol Benoa.
Dalam proses pembangunannya, panel surya akan dipasang di enam titik, masing-masing di akses masuk dan keluar jalur motor di 3 gerbang tol Jalan Tol Bali-Mandara.
Panjang panel surya untuk masing-masing titik tersebut adalah sepanjang satu kilometer, sehingga pasokan listrik yang didapatkan melalui PLTS ini nantinya akan menjadi sumber listrik yang ramah lingkungan untuk lampu Penerangan Jalan Umum (PJU), kantor operasional dan juga gerbang tol di Jalan Tol Bali Mandara.
Selain beralih menggunakan energi baru terbarukan, Jalan Tol Bali Mandara juga melakukan upaya program ramah lingkungan lainnya seperti penambahan penanaman sekitar 750 ribu tanaman mangrove.
Selain itu, pekerjaan penataan lanskap dan mempercantik Jalan Tol Bali Mandara juga terus berjalan, diantaranya pembuatan taman di area gerbang tol dan penanaman tanaman hias di median jalan, di semua gerbang tol dan akses keluar masuk yang ada di Jalan Tol Bali Mandara.
"Tidak hanya beautifikasi dan penataan lanskap, namun ciri khas dari Provinsi Bali juga akan disajikan kepada tamu negara Presidensi G20 dengan menghadirkan ornamen-ornamen budaya Bali pada bagian lampu penerangan jalan umum dan gerbang tol," ujar Reza Febriano.