Jakarta (Antara Bali) - Pelaku Usaha makanan dan minuman menolak rencana pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) karena biaya produksi akan meningkat dan melemahkan daya saing industri.
"Kenaikan TDL akan menyebabkan daya saing industri makin melemah di pasar global. Dikhawatirkan bisa berdampak pada lonjakan produk impor karena tingginya biaya produksi di dalam negeri," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman di Jakarta, Rabu.
Bagi industri makanan dan minuman, menurut Adhi, 8 sampai 10 persen dari total biaya produksi masuk ke komponen energi termasuk listrik. Dengan adanya kenaikan TDL secara otomatis akan menyebabkan penambahan biaya pada harga pokok.
"Selain itu 'supplier-supplier' juga akan menaikkan harga, seperti pemasok kemasan dan bahan tambahan pangan. Ujung-ujungnya, konsumen yang akan menanggung harga yang sangat tinggi," katanya.
Biaya produksi yang tinggi, lanjut Adhi, akan menyebabkan pengusaha berpikir lebih baik impor daripada memproduksi sendiri. "Apalagi impor didukung juga oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terus menguat," ujarnya.(*/T007)