Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali menyatakan penerapan protokol kesehatan (prokes) saat penyelenggaraan PON XX Papua 2021 cukup terkendali, meskipun ada sejumlah atlet dan ofisial yang terpapar COVID-19.
“Menurut saya bisa dilihat, kekhawatiran orang bisa menjadi klaster yang besar karena sekitar 20 ribu yang hadir itu diperkirakan, bisa banyak, tapi ini seperti yang sembuh sudah banyak,” kata Menpora dalam diskusi daring bertajuk "Evaluasi PON Papua" di Media Center Jakarta, Kamis.
Menpora melanjutkan bahwa pemulihan atlet dan ofisial PON XX Papua yang terpapar COVID-19 sebelumnya pun terbilang cepat apalagi ditunjang dengan kebugaran fisik dari mereka.
Baca juga: Menpora sebut bonus Olimpiade Tokyo dari pemerintah dan swasta
“Jadi bisa dibayangkan dari sekian banyak orang, kasus yang muncul seperti itu, dan pengalaman di beberapa multievent waktu Olimpiade, atlet paling tiga sampai lima hari mereka sudah recovery. Kebugaran mereka lebih baik daripada yang bukan atlet,” ujar Amali.
Para atlet, lanjut dia, itu rata-rata mengalami kondisi tanpa gejala dan Cycle Threshold (CT) Value-nya tinggi sehingga tidak mengkhawatirkan menularkan kepada orang lain.
Lebih lanjut, dia menuturkan bahwa hingga Rabu, (13/10) pukul 14.00 WIT, masih tercatat tiga orang yang masih terpapar COVID-19, 39 sedang pemulihan, dan 25 orang dinyatakan sembuh.
“Tidak ada yang CT rendah dan dikhawatirkan menularkan,” tutur Amali.
Amali memperkirakan semakin menurunnya angka kasus positif COVID-19 di klaster PON XX Papua ini karena sudah banyak orang yang kembali ke daerahnya masing-masing mengingat cabang olahraga yang masih dipertandingkan sudah berkurang drastis.
“Puncak-puncaknya (kasus COVID-19) pada tanggal 11, 12 Oktober kemudian setelah itu sudah tidak banyak lagi karena orang sudah banyak kembali, kira-kira 65 sampai 70 persen,” ucapnya.
Di sisi lain, sehari menjelang penutupan, dia menyatakan bahwa penyelenggaraan PON Papua sukses dalam pelaksanaan dan prestasi. Keberhasilan ini pun sekaligus menampik keraguan dari berbagai pihak yang menyarankan agar PON Papua dipindah bahkan dihentikan.
Menurutnya, menyatakan PON Papua sukses secara prestasi tidak berlebihan, apalagi banyak atlet yang bermunculan, bahkan usianya masih 17 hingga 19 tahun.
“Ini harapan kita ke depan bahwa kita bisa mendapatkan talenta. Penyelenggaraan dulu diragukan orang apakah Papua bisa tetapi dengan tagline PON ini ‘torang bisa’ ternyata bisa dibuktikan, keraguan orang tentang keraguan dengan kemampuan sumber daya manusia terbantahkan,” tambahnya.