Oleh I Made Tirthayasa
Kabupaten Buleleng menyimpan sejumlah potensi wisata yang relatif tidak banyak dikenal masyarakat luas. Wilayahnya yang berada di bagian utara Pulau Bali , secara geografis Kabupaten Buleleng tidak seberuntung di wilayah selatan, seperti Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Tabanan, yang menjadi destinasi utama wisatawan domestik dan mancanegara.
Salah satu objek wisata di Kabupaten Buleleng yang belum tersentuh itu adalah Air Terjun Carat. Penduduk setempat menganggapnya air terjun di Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, itu angker sehingga mereka sangat berhati-hati sekali kalau ingin berwisata ke tempat itu.
Sesuai dengan namanya "carat" yang berarti wadah air minum, air terjun tersebut bentuknya mirip kendi yang biasa digunakan masyarakat zaman dahulu kala.
Untuk mencapai air terjun berketinggian 15 meter itu dibutuhkan waktu sekitar 15 menit dari ibu kota Kecamatan Kubutambahan dengan melewati jembatan yang terbuat dari anyaman bambu sehingga sudah pasti tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat.
Para pengunjung juga harus menelusuri jalan sepatak yang terjal dan berliku di antara tanaman cengkih dan kopi serta pipa-pipa yang menjurus ke rumah-rumah warga.
Perjalanan tersebut tidak begitu melelahkan karena kicauan burung yang saling bersahutan menjadi hiburan tersendiri. Tak jarang juga di perkebunan tersebut terdapat sekerumunan monyet yang kadang-kadang mengajak bercanda pengunjung.
Air Terjun Carat terdapat dua pancuran. Yang satu tingginya mencapai 15 meter, sedangkan yang lain hanya empat meter. Keduanya sama-sama memesona dan kesejukannya dapat dinikmati siapa saja.
Kesadaran Warga
Sadar akan potensi objek wisata yang masih perawan itu, Ketut Suparsa berambisi membuat terobosan untuk mengenalkan objek air terjun yang ada di desanya itu kepada masyarakat luas.
Pria berusia 48 tahun yang pernah bekerja di PT Telkom itu bersedia menginvestasikan modal dan kemampuannya menjadikan Air Terjun Carat sebagai objek wisata alam di wilayah timur Kabupaten Buleleng itu.
Ia akan menyulap objek wisata itu menjadi wahana petualangan (adventure). "Sebagai warga Desa Tamblang, saya merasa terpanggil menjadikan Air Terjun Carat ini sebagai objek wisata unggulan di Kabupaten Buleleng," katanya.
Keseriusannya membangun objek wisata tersebut sudah disampaikan kepada Kepala Desa Tamblang, Nengah Sudarsa, dan pejabat instansi terkait di Pemkab Buleleng.
Pengembangan objek wisata secara swadaya oleh masyarakat desa di Bali bukan hal yang baru. Hampir semua objek wisata alam di Bali pengelolaan dan pengembangannya dilakukan oleh masyarakat desa setempat, bukan pemerintah daerah seperti di wilayah-wilayah lain di Tanah Air.
Oleh karena itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng Ketut Warkadeya sangat mendukung inisiatif warga Desa Tamblang yang akan mengembangkan objek wisata Air Terjun Carat itu.
"Ide untuk mengembangkan kawasan Air Terjun Carat menjadi salah satu destinasi wisata di Buleleng timur sejalan dengan program kerja kami dalam membangun sektor pariwisata," katanya.
Dia berharap objek wisata tersebut dapat membuka lapangan kerja baru sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Tamblang.(MDE/M038/T007)
Air Terjun Carat, Potensi Yang Terpendam
Sabtu, 21 Juli 2012 10:09 WIB