Badung (ANTARA) - Sebanyak 38 penerbang pesawat tempur TNI Angkatan Udara, Kamis, mengikuti latihan "Emergency Escape and Eject" di kawasan Tanjung Benoa, Kabupaten Badung, Bali.
Latihan tersebut diselenggarakan Koopsau II untuk meningkatkan kemampuan para penerbang tempur, khususnya saat mereka harus keluar dari pesawat menggunakan kursi lontar guna menyelamatkan diri dalam kondisi darurat.
"Latihan ini adalah salah satu kegiatan untuk melatih para penerbang tempur saat menghadap kondisi keluar dari pesawat agar mereka memiliki pengalaman lepas dari parasut untuk segera meninggalkannya. Itu bisa terjadi mendarat di air ataupun di darat," ujar Pengawas Latihan Emergency Escape and Eject Tahun 2021 Marsma TNI Eduard Sri Wisnu.
Baca juga: Tim Lanal Denpasar bantu penurunan bantuan mesin desalinasi dari Australia
Dalam latihan itu, para penerbang tempur terbang dengan parasut parasailing ditarik dengan kapal cepat. Kemudian dengan skenario pesawat yang mereka tumpangi mengalami permasalahan sehingga harus dilakukan penyelamatan dengan kursi lontar dan melakukan pendaratan di darat.
Selain di darat, para peserta latihan berlatih mendarat di perairan dengan cara melepas tali pengaman parasut parasailing dan kemudian melompat di laut dengan ketinggian tertentu agar tidak terlilit parasut ketika mendarat di perairan.
Baca juga: Lanud I Gusti Ngurah Rai Bali dukung operasi Garda Samudera
Eduard Sri Wisnu mengatakan kegiatan latihan yang dilakukan rutin setiap tahun diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi penerbang tempur agar tidak ragu apabila nanti menghadapi kondisi darurat yang mengharuskan mereka menggunakan ejection seat.
Pada kegiatan itu, sebanyak 38 penerbang tempur yang mengikuti latihan di antaranya berasal dari Skadron Udara 11, Skadron Udara 3, Skadron Udara 15, Skadron Udara 14, dan Skadron Udara 21.
"Mereka adalah penerbang TNI AU yang pesawat tempurnya memiliki fasilitas ejection seat. Bali kami pilih sebagai lokasi latihan karena sarana, prasarana lengkap, dan lokasinya strategis," katanya.