Oleh I Komang Suparta
Denpasar (Antara Bali) - Hari lahirnya Pancasila 1 Juni seharusnya dijadikan momentum untuk menegakkan Bhinneka Tunggal Ika, sebab bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama dan ras.
Bila tak ditegakkan rasa Bhinneka Tunggal Ika (berbeda tapi tetap satu) oleh masing-masing individu atau bangsa Indonesia di tengah gempuran globalisasi, maka tidak menutup kemungkinan bisa terpecah-belah.
Karena itu, pentingnya bangsa Indonesia mengingat kembali sejarah pemikiran dan gagasan para pendiri bangsa terdahulu.
Ketua Dewan Pengurus Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPD KNPI) Bali Nyoman Gede Antaguna mengatakan Pancasila adalah sebuah ideologi terbuka yang mampu menerima nilai-nilai baru, namun tetap mengacu pada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Ia mengatakan mesti mendapat pengaruh dari budaya asing, namun nilai-nilai Pancasila diyakini mampu memfilter guna mewujudkan masyarakat beradab di Indonesia.
"Nilai-nilai Pancasila hendaknya menjadi landasan bersikap etis dan moral di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," katanya.
Dengan demikian, kata dia, dengan alasan apapun Pancasila tidak boleh diremehkan. Karena sebagai dasar negara yang mengandung makna pluralitas etnik, budaya, religius dan sosial masyarakat seluruh Nusantara.
Dikatakan Pancasila tidak hanya dipahami secara instrumental sebagai alat pemersatu bangsa belaka, tetapi harus dipahami secara subtansi, sebagai sumber tata nilai yang merupakan falsafah dalam berbangsa dan bernegara.
Menurut dia, tidak ada keraguan bahwa 1 Juni merupakan kelahiran Pancasila. Ir Soekarno adalah yang pertama kali mencetuskan nama "Pancasila".
Karena itu, menurut Antaguna, Bung Karno sebagai pencetus dan penggali Pancasila. Namun dalam perjalanannya, pada era orde baru peringatan lahirnya Pancasila setiap 1 Juni ditiadakan.
"Peringatan kelahiran Pancasila justru digantikan dengan Hari Kesaktian Pancasila yang rutin diperingati pada setiap tanggal 1 Oktober," ujar pria asal Kota Denpasar ini.
Antaguna berharap kepada generasi muda hendaknya agar memacu diri untuk kembali mengamalkan Pancasila sesuai dengan harapan bangsa.
"Kami sebagai generasi muda berupaya menyikapi nilai-nilai Pancasila ini dengan berbagai tindakan, baik melalui pemikiran maupun tindakan nyata di masyarakat," katanya.
Dikatakannya untuk mengisi era reformasi generasi muda harus berani bersikap tegas dalam memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara.
"Kami yakin generasi muda akan mampu bersikap lebih baik dalam memperjuangkan bangsa ke depannya. Kalau tidak mulai sekarang kapan lagi," ucap Antaguna.
Pancasila Era reformasi
Sebelumnya, Prof Dr Nyoman Budhiana, guru besar Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, Bali mengatakan nilai-nilai Pancasila dalam era reformasi harus mampu memberi kesejahteraan masyarakat.
"Dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila yang terjadi sekarang hanya sebagai retorika dalam kebebasan dengan dalih demokrasi, karena itu dengan nilai-nilai Pancasila kita berupaya untuk mensejahterakan masyarakatnya," katanya.
Ia mengatakan, sejak Kemerdekaan RI keberadaan butir-butir yang terkandung dalam Pancasila belum sepenuhnya mampu melindungi rakyatnya.
Terbukti maraknya kasus bentrokan antarwarga dan tawuran antarpelajar masih saja terjadi di Tanah Air.
"Kalau terus dibiarkan tanpa ada tindakan yang lebih tegas dari pemerintah dan elemen masyarakat maka negara ini akan goyah," ucapnya.
Oleh karena itu, kata dia, untuk membendung dan mengamankan Pancasila harus semua kembali kejati diri bangsa, yaitu memaknai nilai-nilai Pancasila dengan kekinian.
"Generasi muda hendaknya menjadi garda terdepan dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila itu, karena dengan pemikiran kekinian maka cita-cita yang menjadi harapan bangsa akan dapat terwujud," katanya.(LHS/T007)