Denpasar (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan provinsi setempat sangat perlu melakukan diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi, sebagai strategi jangka panjang mengatasi penurunan kondisi ekonomi dampak pandemi COVID-19.
"Dampak dari pandemi COVID-19 semakin memberikan pembelajaran bahwa Bali sangat perlu melakukan diversifikasi sumber pertumbuhannya," kata Trisno Nugroho di Denpasar, Kamis.
Menurunnya kedatangan wisatawan ke Bali, ujar dia, telah berdampak langsung pada kinerja sektor pariwisata yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian Bali. Selama ini sekitar 54 persen perekonomian Bali bertumpu pada sektor pariwisata.
"Pertumbuhan ekonomi Bali pada 2020 menurun mulai dari minus 1,17 persen di triwulan 1, kemudian minus 11 persen di triwulan 2 dan minus 12,2 persen di triwulan ketiga tahun 2020. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Bali menjadi pertumbuhan terendah di Indonesia," ucapnya.
Menurut Trisno, sektor pertanian merupakan salah satu sektor potensial dan Bali memiliki banyak komoditas pertanian unggulan, termasuk kopi dan kakao.
"Untuk mendorong sektor pertanian tersebut, perlu diterapkan digitalisasi yaitu pengembangan sektor hulu melalui pemanfaatan 'internet of thing', maupun pengembangan hilir dengan mendorong pemanfaatan e-commerce," ucapnya.
Kemudian diversifikasi di sektor pariwisata, Trisno pun mendorong pariwisata yang berkualitas (quality tourism) dengan mengakselerasi pengembangan pariwisata Bali untuk pariwisata kesehatan (health tourism), MICE, hingga "cruise tourism".
Baca juga: BI: Pertumbuhan ekonomi Bali 2021 di kisaran 4,5 - 5,5 persen
Kemudian, strategi selanjutnya, kata Trisno, dengan mendorong pembangunan atau pengembangan infrastruktur, baik itu infrastruktur dasar maupun infrastruktur terkait pariwisata.
"Beberapa infrastruktur dasar yang krusial untuk dibangun yaitu Bandara Bali Utara, jalan tol penghubung Bali Selatan-Bali Utara, serta angkutan massal penghubung Bali Utara-Bali Selatan. Semua hal ini penting untuk mendukung pengembangan pariwisata di Bali Utara," katanya.
Sedangkan untuk strategi jangka pendek, ujar Trisno dapat berfokus pada wisatawan domestik untuk mendorong kinerja pariwisata. Sejalan dengan itu, kita perlu terus memperluas implementasi sertifikasi CHSE yang sudah dilakukan.
"Kemudian, pemerintah daerah harus mengoptimalkan alokasi belanja sebagai memberi stimulus kinerja ekonomi yang sedang menurun," ujarnya.
Strategi jangka pendek berikutnya dengan pemulihan UMKM melalui korporatisasi, digitalisasi dan pembiayaan, baik melalui bank, BPR, fintech peer to peer lending maupun pembiayaan lainnya.
Baca juga: Gubernur BI: Masa kritis pandemi COVID-19 sudah berlalu
Bank Indonesia, lanjut Trisno, juga senantiasa berada di barisan terdepan untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi Bali. Upaya yang diberikan Bank Indonesia secara garis besar terdiri dari empat fungsi.
"Pertama dengan 'strategic advisory' yakni Bank Indonesia memberikan sumbangan pemikiran mengenai perkembangan perekonomian, proyeksi, sektor sektor unggulan dan sebagainya. Saran atau masukan diberikan dalam bentuk pertemuan, dialog, seminar, talkshow dan lain lain. BI juga terlibat dalam tim pemulihan ekonomi Bali," katanya.
Kedua, fungsi pengendalian inflasi disampaikan pada saat pertemuan teknis dan pertemuan pimpinan TPID provinsi maupun kabupaten/kota berupa kondisi perekonomian, kondisi kestabilan harga, serta kontribusi faktor faktor penyebab inflasi. Bank Indonesia berkontribusi memecahkan masalah 4 K dalam menjaga inflasi.
"Ketiga, fungsi sistem pembayaran. Fungsi ini dijalankan dengan menjamin terlaksananya kestabilan sistem pembayaran di daerah. Dengan fungsi ini Bank Indonesia mendukung penerapan QRIS sebagai salah satu upaya pelaksanan program pembayaran non tunai," ucapnya.
Terakhir terkait dengan fungsi pengembangan ekonomi dan UMKM dijalankan dengan mendukung kegiatan pemerintah dalam menggairahkan sektor pariwisata serta UMKM.
BI: Bali perlu diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi
Kamis, 3 Desember 2020 17:19 WIB