Denpasar (ANTARA) - Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati meminta para pelaku UMKM di provinsi setempat segera melakukan transformasi digital agar dapat secepatnya bangkit dari keterpurukan di tengah pandemi COVID-19.
"Indonesia tak terkecuali Bali, saat ini dihadapkan pada persoalan ekonomi akibat adanya pandemi COVID-19. Bahkan, daerah kita mengalami tekanan ekonomi paling berat jika dibanding provinsi lain," kata Wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace itu, di Denpasar, Jumat.
Pertumbuhan ekonomi Bali terkontraksi hingga minus 12,28 persen pada triwulan III-2020. Beratnya tekanan terhadap ekonomi Bali disebabkan besarnya ketergantungan pada sektor pariwisata.
Mengacu hasil survei BPS Provinsi Bali, Wagub merinci ada tiga sektor yang mengalami dampak paling parah yaitu akomodasi makan dan minum sebesar 92,47 persen, sektor jasa sebesar 90,90 persen, sektor transportasi dan perdagangan sebesar 90,34 persen.
"Hasil survei itu memberi gambaran beratnya tantangan yang harus dihadapi sektor perekonomian Bali akibat pandemi COVID-19," ucap pria yang akrab dipanggil Cok Ace itu.
Baca juga: BI Bali fasilitasi UMKM gunakan pemasaran digital
Menurut Guru Besar ISI Denpasar ini, dalam situasi sekarang memerlukan daya juang dan kerja keras agar masa-masa sulit ini bisa segera terlewati.
"Daya juang dan kerja keras itu juga harus dimiliki oleh pelaku UMKM agar mampu bertahan, bangkit dari keterpurukan dan mengembangkan usaha di tengah pandemi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan transpormasi digital melalui pemanfaatan platfom digital," ucapnya.
Dia menambahkan, teknologi digital saat ini merupakan elemen penting dalam upaya meningkatkan pemasaran produk UMKM. Dengan memanfaatkan platform digital, proses pemasaran bisa dilakukan lebih cepat dan luas.
"Oleh sebab itu 'UMKM go digital' merupakan kebutuhan mendesak untuk saat ini. Karena dengan demikian, pelaku UMKM diharapkan bisa memenangkan persaingan baik di tingkat lokal maupun global," katanya.
Selain memanfaatkan platform digital, Cok Ace menyarankan pelaku UMKM menggabungkan diri dalam wadah koperasi untuk meningkatkan sumber daya dan kemampuan demi memenangkan persaingan.
Untuk mempercepat proses digitalisasi UMKM, Pemprov Bali telah melakukan sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan terkait seperti perguruan tinggi, perbankan, pengusaha, koperasi dan pihak lainnya.
"Bahkan, di Bali saat ini sudah ada 'marketplace' Bali Mall yang dikhususkan untuk penjualan produk lokal Bali produksi UMKM lokal. Kami juga dorong pelaku UMKM lokal bekerja sama dengan platfom digital nasional dalam mengembangkan usahanya," kata Cok Ace.
Baca juga: BI: 152.377 merchant di Bali terapkan digitalisasi pembayaran berbasis QRIS
Sebelumnya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Bali Trisno Nugroho mengatakan UMKM adalah salah satu penopang ekonomi yang jumlahnya saat ini tercatat tak kurang dari 482 ribu dan sekitar 83 persen PDRB disumbang oleh UMKM.
Di tengah pandemi COVID-19, Trisno menyebut hampir seluruh UMKM mengalami penurunan tingkat penjualan, khususnya yang belum memanfaatkan platform digital dan pemasarannya masih lokal. "Agar bisa segera bangkit, saatnya UMKM melakukan transformasi digital," ucapnya.
Sebagai bentuk dukungan atas upaya transformasi digital, BI telah meluncurkan QRIS yang saat ini telah dipakai oleh 158.552 merchant. Bahkan dari segi jumlah merchant, Bali masuk dalam 10 besar nasional.