Denpasar, 27/4 (ANTARA) - Sebanyak 230 unit reaktor biogas rumah (Biru) telah dibangun di Bali sebagai salah satu sumber energi alternatif masyarakat.
"Instalasi ini dapat mengolah limbah kotoran hewan menjadi gas yang ramah lingkungan dan dapat dimanfaatkan masyarakat untuk memasak sampai dengan 12 jam per hari," kata Koordinator Biru Bali-NTB I Gede Suarja saat memaparkan presentasi pada pertemuan koordinasi multipihak pengembangan program biogas rumah di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, Biru merupakan program kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Belanda.
"Program ini diimplementasikan dengan jalinan kerja sama antara Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE) sebagai perwakilan dari pihak Indonesia dan Hivos Regional Office Southeast Asia (ROSEA) sebagai perwakilan dari pihak Belanda dengan dukungan tehnis dari SNV (Belanda) sebagai penasehat teknisnya," katanyaa menjelaskan.
Program yang telah dimulai sejak Agustus 2010 hingga April 2012 ini bukanlah memberikan gratis unit pengolahan limbah kepada masyarakat, namun dalam bentuk subsidi parsial.
Ukuran reaktor berkisar dari yang mampu menyediakan gas empat jam, enam jam, delapan jam, 10 jam, dan 12 jam. Untuk reaktor yang mampu menyala dari 4-6 jam per hari, kata dia,dibutuhkan biaya pembuatan Rp6 juta, yang disubsidi hanya senilai Rp2 juta beserta pendampingan teknisnya.
Subsidi bukan dalam bentuk uang tunai, melainkan peralatan seperti kompor biogas, manometer, pipa gas utama, dan mixer serta tenaga pengawas teknis."Hingga akhir 2012, ditargetkan di Bali dapat terbangun sebanyak 500 unit reaktor biogas," katanya.(LHS)