Denpasar (ANTARA) - "QRIS ini sangat bermanfaat bagi titiang (saya-red), efisien sekali, dan juga ada pencatatannya. Jadi, neraca ruginya juga gampang karena langsung ada catatan keuangannya. Apalagi, saat pandemi COVID-19 seperti sekarang, penting seminimal mungkin penggunaan uang tunai agar terhindar dari penularan virus".
Demikian penuturan I Ketut Widiadnyana, Ketua Kelompok Tenun Putri Mas dari Kelurahan Pendem, Kabupaten Jembrana, yang mengaku telah menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) Bank Indonesia sejak 2019 itu.
Widiadnyana yang telah melakoni bisnis songket dari 2014 itu merasa cukup takut kalau harus sering-sering menyentuh uang tunai di tengah pandemi saat ini, sehingga kehadiran QRIS yang memberikan berbagai keunggulan ini dirasa sangat membantu.
"QRIS ini selain aman bagi kesehatan, juga praktis. Apalagi usaha saya yang berada di Jembrana, jauh dari Kota Denpasar, sangat terbantu dengan sistem ini. Kalau sudah ada tanda bunyi klenting QRIS di handphone, tanda pembayaran sudah masuk, kadang kami bisa berikan bebas ongkos kirim juga," ujar perajin yang kental mempertahankan motif songket asli Jembrana dan menggunakan warna-warna alami itu.
Dengan menggunakan QRIS, dia sekaligus bisa mengenalkan gerakan nontunai kepada masyarakat. “Mau tidak mau, suka tidak suka, jadi secara tidak langsung konsumen mengikuti gerakan nontunai. Itupun tak hanya saat ajang pameran,” ucap perajin yang telah memiliki 18 HaKI untuk berbagai produk kerajinannya itu.
Selain menggunakan QRIS, Widiadnyana pun akrab menggunakan pembayaran digital lainnya untuk mendukung kelancaran usahanya seperti mobile banking, internet banking, uang elektronik dan sebagainya. Walaupun dihadapkan pada kondisi pandemi COVID-19, Kelompok Tenun Putri Mas yang merupakan salah satu binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali itu juga masih tetap bertahan dengan 55 anggota kelompok yang mayoritas ibu rumah tangga itu.
Untuk sementara, produksi songket berbentuk lembaran dengan harga premium dihentikan karena memang stoknya masih banyak dan dialihkan dengan memproduksi masker berbahan songket yang dipadupadankan dengan busana untuk kebutuhan dalam negeri, ekspor ke sejumlah negara seperti Hong Kong, Malaysia, Singapura hingga beberapa negara di Benua Eropa. Selain itu, pria berusia 46 tahun ini juga aktif mengikuti sejumlah pameran langsung ataupun pameran virtual yang difasilitasi Bank Indonesia dan beberapa kementerian.
Widiadnyana dengan bisnis songketnya ini merupakan satu diantara lebih dari 147 ribu merchant di Provinsi Bali yang telah merasakan manfaat dan keunggulan kehadiran QRIS.
Selain Widiadnyana, ada juga Komang Sukarsana selaku Ketua Kelompok Tani Sari Pertiwi dari Songan, Kintamani, Kabupaten Bangli yang berbagi pengalaman menggunakan QRIS.
Sukarsana dengan bisnis Kopi Arabika dan klaster bawang merahnya mengatakan sudah familiar menggunakan QRIS. Bahkan dia mengaku sudah dilibatkan dari sejak tahap uji coba penggunaan QRIS pada 2019 saat mengikuti pameran di Jakarta.
"QRIS itu simpel, sekarang kalau mau belanja kemana-mana, dengan pakai QRIS lebih gampang dan tidak ribet. Terlebih saat mengikuti kegiatan pameran akan sangat membantu karena praktis, cepat dan tidak ribet," ucap pria yang akrab dipanggil Komang ini.
Dalam kondisi pandemi COVID-19, Komang mengaku justru penjualan bawang merah di kelompoknya semakin "cerah" akibat berkurangnya pasokan bawang merah dari luar Bali. Untuk kelompoknya yang memiliki lahan seluas 25 hektare, setiap hektarenya mampu memproduksi sekitar 20-24 ton bawang merah umbi basah. Demikian pula untuk penjualan Kopi Arabika dengan produk olahannya pun tak terlalu berdampak, penurunan khususnya hanya untuk permintaan hotel dan coffee shop dari luar Bali.
Bali Bangkit
Jika kita menilik kehadiran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang dikembangkan Bank Indonesia bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia dengan menggunakan standar internasional, memang bertujuan agar proses transaksi dengan QR Code dapat lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya.
QRIS sekaligus merupakan implementasi salah satu dari tiga bidang tugas Bank Indonesia yakni mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, yang muaranya tentu untuk satu tujuan tunggal Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah.
QRIS pun selaras dengan misi ketiga Bank Indonesia yakni turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan pemerintah serta mitra strategis lain.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan QRIS yang diluncurkan secara resmi pada 17 Agustus 2019 itu mengusung semangat UNGGUL (UNiversal, GampanG, Untung dan Langsung). Dengan semangat UNGGUL, diharapkan dapat mendorong efisiensi transaksi, mempercepat inklusi keuangan, memajukan UMKM, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, untuk Indonesia Maju.
Kini, dengan adanya pandemi COVID-19, maka momen transformasi digital semakin tidak terbendung dan tidak terhindarkan. Transformasi digital pun menjadi cara bertahan melalui masa pandemi COVID-19 dan digitalisasi menjadi suatu kebutuhan bagi UMKM. "Wirausaha yang akan bertahan adalah mereka yang semakin meningkatkan penggunaan digitalisasi dalam bisnisnya," ucap Trisno.
Mengutip Penelitian dari Sea Insights menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata UMKM di Indonesia yang mengadopsi e-commerce meningkat lebih dari 160 persen dengan peningkatan produktivitas mencapai 110 persen. Pada masa pandemi ini, 45 persen pelaku usaha muda berjualan lebih aktif di platform e-commerce dan 1 dari 5 adalah pengguna baru e-commerce serta lebih dari 60 persen mengatakan bahwa mereka akan secara permanen meningkatkan penggunaan platform digital dalam bisnisnya.
Menurut Trisno, penggunaan platform digital oleh pelaku usaha dan masyarakat pengguna di tengah pandemi membantu ekonomi tetap berputar serta membantu percepatan transformasi ekonomi dan keuangan digital Indonesia. Pada masa pandemi COVID-19 dan masa "new normal", salah satu bentuk perkembangan sistem pembayaran yang sesuai yaitu penggunaan sistem pembayaran yang bersifat "contactless" atau nirsentuh, yang sejalan dengan rekomendasi WHO.
"QRIS merupakan metode pembayaran digital yang bersifat nirsentuh sangat tepat digunakan oleh UMKM untuk mendukung ekonomi Bali Bangkit. Seperti yang kita ketahui bersama, perekonomian Bali mengalami kontraksi yang cukup dalam hingga -10,98 persen (yoy) pada triwulan II-2020. Seiring dengan semakin berkurangnya kasus penambahan pasien positif COVID-19, sekaranglah saatnya untuk melakukan pemulihan ekonomi dan pariwisata agar Bali Bangkit," ujarnya.
Agar perekonomian Bali bangkit, lanjut dia, harus dimulai dengan menerapkan Tatanan Kehidupan Bali Era Baru sesuai yang tertuang dalam Surat Edaran Gubernur Bali No 3355. Namun, tatanan kehidupan era baru tidak hanya mengedepankan pada protokol kesehatan berupa pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak, tetapi juga harus mencakup kegiatan penyelesaian transaksi pembayaran tanpa kontak fisik secara nontunai atau berbasis digital yang antara lain dengan menggunakan QRIS. Dengan demikian akan memudahkan wisatawan mancanegara bertransaksi di berbagai merchant yang menerima QRIS dan juga aman dari penyebaran COVID-19.
Sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi Bali, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali juga terlibat aktif dalam kegiatan Deklarasi Program Kepariwisataan Dalam Tatanan Kehidupan Bali Era Baru dan Digitalisasi Pariwisata Berbasis QRIS di berbagai objek wisata di seluruh Bali. Tak hanya menyasar objek wisata dan berbagai akomodasi pariwisata, hingga pasar tradisional serta modern di Pulau Dewata, bahkan QRIS juga diterapkan pada empat rumah sakit Pemerintah Provinsi Bali, yakni RS Bali Mandara, RS Mata Bali Mandara, RS Jiwa Provinsi Bali, dan RS Puri Raharja, serta yang terakhir juga dengan melibatkan Korem 163/Wirasatya Bali.
Bank Indonesia juga melakukan perpanjangan kebijakan Merchant Discount Rate atau MDR pada alat pembayaran QRIS sebesar 0 persen untuk usaha mikro, dari 30 September 2020 menjadi sampai dengan 31 Desember 2020. Melalui kebijakan ini, diharapkan akseptasi QRIS semakin luas, dalam mendukung program pemulihan ekonomi dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati pun dalam berbagai kesempatan menyatakan memandang penting transaksi nontunai, khususnya QRIS, untuk pariwisata dan pemulihan ekonomi Bali di tengah pandemi COVID-19. Menurutnya, wisatawan akan malas membawa uang tunai dan segala macam kartu saat berwisata. Jika dimungkinkan, nantinya setiap transaksi bisa menggunakan ponsel pintar, bahkan untuk membeli kelapa muda, atau membeli kerajinan masyarakat.
"Aktivitas telah dibuka dan kita harus tetap taat dan disiplin menerapkan protokol kesehatan, termasuk dalam hal transaksi keuangan seperti QRIS yang gencar dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali. Ini harus terus didukung sehingga aktivitas masyarakat menjadi lebih produktif dan aman COVID-19," ucap Wagub Bali yang biasa disapa Cok Ace itu.
Sementara itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menargetkan hingga akhir tahun 2020 jumlah merchant QRIS di Pulau Dewata sebanyak 200 ribu merchant. Berdasarkan data DKSP Bank Indonesia, perkembangan jumlah merchant QRIS di wilayah Provinsi Bali hingga 23 Oktober 2020 sebanyak 147.792 merchant. Jumlah merchant ini terjadi peningkatan hingga 480 persen jika dibandingkan dengan kondisi awal 2020 (periode 1 Januari-23 Oktober 2020). Sedangkan jika dilihat kondisi selama pandemi COVID-19 (1 Maret – 23 Oktober 2020), jumlah merchant QRIS di Bali meningkat 131 persen. Dengan jumlah 147.792 merchant tersebut, Bali menempati posisi kesembilan dengan jumlah merchant tertinggi di Tanah Air.
Dari 147.792 jumlah merchant QRIS di Bali, sebanyak 53 persen diantaranya adalah usaha mikro, 23 persen usaha kecil, 17 persen usaha menengah, 7 persen usaha besar dan 1 persen lainnya. Sedangkan jika dilihat pemetaan QRIS untuk sembilan kabupaten/kota di Bali yakni mayoritas di Kota Denpasar sebanyak 70.450 merchant (49 persen), kemudian disusul Kabupaten Badung dengan 40.774 merchant (28 persen) dan kemudian Gianyar 11.281 merchant (8 persen).
Untuk Kabupaten Buleleng sebanyak 8.829 merchant (6 persen), Kabupaten Tabanan 6.326 merchant (4 persen), Kabupaten Karangasem 2.305 merchant (2 persen), Kabupaten Klungkung 2.259 merchant (2 persen), Kabupaten Jembrana sebanyak 2.216 merchant (1 persen) dan terakhir Kabupaten Bangli 1.352 merchant (1 persen).
"Ngiring sareng-sareng nganggen QRIS (mari bersama-sama menggunakan QRIS-red)," ajak Trisno Nugroho dalam berbagai kesempatan.