"Dukungan paket pangan ini diberikan sebagai bentuk kepedulian ACT dalam program 'Bangkit Bangsaku Bangkit Baliku'. Paket pangan ini adalah donasi dari masyarakat Bali yang memercayakan kepada kami untuk disalurkan," kata Ketua ACT Bali, Arif, dalam keterangan pers yang diterima di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan semenjak pariwisata terhenti akibat pandemi, yang menjadi sumber penghidupan begitu juga aktivitas para pemusik ini juga ikut terhenti. Para pekerja musik menggantungkan hidupnya pada aktivitas pariwisata.
"Kebutuhan tetap jalan namun penghasilan tidak ada kepastian. Sudah tujuh bulan mereka tanpa pekerjaan dan tidak sedikit dari mereka yang banting setir untuk bisa bertahan. Ada yang jual nasi, buah bahkan ada juga yang serabutan yang penting ada yang bisa dimakan," katanya.
Sementara itu, koordinator dapur umum pekerja musik Bali, Lusi mengatakan berbagai macam upaya dilakukan agar para pemusik bisa memenuhi kebutuhan pokok, diantaranya dapur umum pekerja yang sempat bertahan hingga tiga bulan.
"Kegiatan ini jadi terhenti karena terhentinya dukungan bahan untuk dapur. Setiap hari kami harus memasak untuk 400 orang, namun terbatasnya support bahan dapur umum kegiatan itu pun akhirnya berhenti," kata Lusi.
Ia menambahkan tidak sedikit diantara pekerja musik yang mendatangi rumah pemusik lainnya untuk didukung kebutuhan pangannya. Namun, karena mengalami kondisi yang sama jadi terpaksa harus berbagi.
Baca juga: ACT Bali luncurkan WMUM untuk UMKM di tengah COVID-19
Baca juga: ACT Bali luncurkan WMUM untuk UMKM di tengah COVID-19
Pihaknya berharap untuk para pekerja musik ini agar kondisi pandemi COVID-19 bisa segera berakhir dan mereka dapat beraktivitas kembali serta dapat terus bisa berbagi kepada warga yang membutuhkan.