Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 diprediksi bakal mendorong kinerja pariwisata di Bali lebih bergantung kepada turis domestik dibanding mancanegara, kata Kepala Riset konsultan properti Colliers International Ferry Salanto.
"Bali kemungkinan akan lebih bergantung kepada turis lokal untuk mendorong industri pariwisata di pasar yang sedang stagnan ini," kata Ferry Salanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Analisa tersebut, menurut Ferry, karena jumlah turis yang berdatangan dari berbagai negara masih menurun signifikan sehingga membutuhkan jangka waktu yang cukup lama untuk pulih.
Sementara untuk industri hotel di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, ia berpendapat bahwa butuh waktu yang lebih lama lagi untuk bangkit karena lebih banyak didorong aktivitas sektor bisnis.
Baca juga: IHGMA Bali harapkan pemerintah beri stimulus gairahkan masyarakat berwisata
Secara keseluruhan, ujar dia, hotel pada saat ini umumnya meminimalkan biaya operasional mereka dengan memberdayakan secara selektif fasilitas yang ada, dan bahkan ada yang menutup secara sementara karena okupansi atau tingkat hunian yang terus menurun.
Sedangkan untuk jenis turis domestik, lanjutnya, diharapkan segmen wisatawan yang berlibur akhir pekan akan dapat memandu pemulihan sektor pariwisata.
Untuk turis mancanegara masih sukar karena dinilai masih adanya larangan bepergian internasional di sejumlah tempat dan adanya regulasi terkait karantina.
"Saat pasar mulai kembali pulih, konsumen akan memprioritaskan kesehatan, keamanan dan kebersihan dalam merencanakan pariwisata dan pengambilan keputusan," ucapnya.
Sebelumnya diwartakan, pelaku pariwisata yang tergabung dalam Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali mengharapkan ada stimulus dari pemerintah untuk menggairahkan masyarakat lokal dan domestik atau nusantara untuk berwisata ke Bali.
"Mustahil mereka (wisatawan domestik) akan datang ke Bali dalam kondisi pendapatan yang berkurang bahkan ada yang kosong sama sekali," kata Wakil Ketua DPP IHGMA yang juga Wakil Ketua IHGMA Bali I Made Ramia Adnyana, di Denpasar, Jumat (21/8).
Baca juga: Kemenparekraf persiapkan objek wisata sehat dalam tatanan kehidupan era baru
Selain itu, tambah Ramia, pemerintah harus jelas dan tegas pula terkait stimulus apa yang bisa diberikan untuk industri pariwisata, sehingga nasib tenaga kerja yang jumlahnya ribuan ini dengan keluarganya bisa dibantu.
Menurut dia, pihak industri pariwisata saat ini sudah megap-megap tidak jelas melihat kondisi keuangan perusahaan yang semakin menipis untuk membayar listrik dan gaji karyawan selama ini.