Denpasar (Antara Bali) - Ketua Program Studi Pemandu Wisata Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Doktor Drs I Ketut Sumadi, M.Par mengusulkan agar pawai ogoh-ogoh, boneka ukuran raksasa pada malam "pengerupukan" menjelang Nyepi dialihkan sebagai agenda Pesta Kesenian Bali (PKB) yang digelar setiap bulan Juni-Juli.
"Saat pelaksanaan arak-arakan ogoh-ogoh hasil kreativitas anak-anak muda itu selama ini sangat rawan terjadi bentrok antarkelompok/pengusung, bahkan memicu terjadinya keributan antarwarga banjar," kata I Ketut Sumadi di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, pengalihan waktu pelaksanaan pawai ogoh-ogoh juga didasarkan pertimbangan atas rasa, yakni kegiatan tersebut biasanya digelar secara meriah, identik dengan menghibur diri untuk bersenang-senang.
Padahal saat malam Nyepi itu umat Hindu harus bersiap-siap melaksanakan Tapa Brata Penyepian yang meliputi empat pantangan, salah satunya "amati lelanguan" yakni tidak mengumbar hawa nafsu, termasuk larangan mengadakan hiburan, bersenang-senang.
Tiga pantangan lainnya meliputi "amati geni" (tidak menyalakan api), "amati karya" (tidak melakukan kegiatan) dan "amati lelungan" (tidak bepergian).
Ketut Sumadi menambahkan, pengalihan waktu penyelenggaraan pawai ogoh-ogoh dari malam pengerupukan Nyepi juga untuk menambah kesemarakan PKB, tanpa mengurangi arti dan maknanya.(*/T007).
Malam "Pengerupukan" Dialihkan Ke PKB
Selasa, 20 Maret 2012 10:34 WIB