Mentan jamin ketersediaan pangan sepanjang 2020
Sabtu, 27 Juni 2020 16:19 WIB
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjamin ketersediaan pangan mulai dari beras, daging ayam, hingga bawang merah tercukupi dan aman hingga akhir 2020.
Mentan Syahrul menilai bahwa ancaman krisis pangan sebagaimana yang diperingatkan oleh FAO memang tidak boleh dipandang remeh, mengingat perekonomian dunia melambat, prediksi masyarakat miskin meningkat tentu berimplikasi pada pemenuhan pangan bagi masyarakat.
Oleh karena itu, Kementan pun menyiapkan langkah strategis dalam upaya peningkatan ketersediaan pangan di era new normal, antara lain meningkatkan kapasitas produksi dengan mempercepat musim tanam II, mengembangkan lahan rawa, perluasan tanam baru, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan pangan dan sistem logistik pangan, serta pengembangan pertanian modern.
"Sesuai perhitungan yang mengacu data BPS, diprediksi stok akhir beras pada Desember 2020 mencapai 6,27 juta ton. Itu masih bisa memenuhi kebutuhan hingga Februari 2021," kata Mentan Syahrul melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Selain beras, beberapa komoditas pangan pokok lain yang dipantau pemerintah antara lain bawang merah 27,1 ribu ton, daging ayam 613,7 ribu ton, telur 100,44 ribu ton, dan gula pasir 1,21 juta ton.
Menurut Mentan, kondisi ketersediaan pangan secara nasional mesti dibarengi dengan keterjangkauan akses masyarakat secara merata di seluruh wilayah. Oleh karena itu, Kementan berupaya memfasilitasi biaya pengangkutan pangan dari wilayah surplus ke wilayah defisit.
Hal ini dilakukan untuk menjaga agar hasil panen petani tetap terserap pasar di tengah pandemi sehingga petani tetap bersemangat menanam.
Pada periode April s.d. Juni 2020, Kementan mencatat total fasilitasi pengangkutan mencapai 140 ton untuk bawang merah; 19,9 ton cabai besar; 62,2 ton cabai rawit dan 26,5 ton telur ayam. Intervensi pasokan melalui fasilitasi pengangkutan ini akan terus dilakukan guna memastikan keterjangkauan pangan tetap merata di seluruh wilayah.
Selain itu, Kementan melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) juga memperkuat ketersediaan dan stabilisasi harga dengan mengembangkan Pasar Mitra Tani dan Toko Mitra Tani. Tujuannya adalah untuk memotong rantai pasok, agar produsen mendapat harga yang layak serta konsumen memperoleh pangan yang terjangkau.
Kepala BKP Agung Hendriadi menuturkan strategi lain yang diterapkan oleh Kementan untuk mengantisipasi krisis pangan adalah diversifikasi pangan lokal. Pentingnya pengembangan pangan lokal ini karena potensi pangan lokal di Indonesia sangat besar.
"Ada banyak potensi pangan lokal yang sangat besar dalam mendukung ketahanan pangan, kita identifikasi dan dorong agar tiap provinsi mempunyai satu komoditas andalan selain beras," kata Agung.
Agung menjelaskan pengembangan diversifikasi pangan lokal selain beras, terfokus pada beberapa komoditas pangan lainnya seperti ubi kayu, jagung, sagu, pisang, dan kentang.
Langkah diversifikasi pangan lokal ini dilakukan melalui pengembangan diversifikasi pangan di daerah yang memang memiliki potensi pangan lokal tersebut dapat berkembang dengan baik.
Dorongan untuk diversifikasi juga dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Pekarangan sangat potensial menjadi sumber pangan yang beragam di tengah ancaman krisis pangan akibat pandemi COVID-19. Pekarangan juga dapat mengurangi belanja bahan pangan sehingga menghemat pengeluaran rumah tangga.
"Kekuatan ketahanan pangan menghadapi kondisi pandemi dan kekeringan terletak di ketahanan pangan keluarga, karena itu kita dorong masyarakat untuk mampu memproduksi pangan sendiri dari pekarangan mereka," kata Agung.
Selain masyarakat mampu menyediakan pangannya sendiri, kegiatan Pekarangan Pangan Lestari juga dapat menggerakkan ekonomi masyarakat. Dengan berbagai langkah strategis tersebut, Kementan yakin krisis pangan akan dapat diantisipasi, dan ketahanan pangan tetap terjaga dengan baik.
Mentan Syahrul menilai bahwa ancaman krisis pangan sebagaimana yang diperingatkan oleh FAO memang tidak boleh dipandang remeh, mengingat perekonomian dunia melambat, prediksi masyarakat miskin meningkat tentu berimplikasi pada pemenuhan pangan bagi masyarakat.
Oleh karena itu, Kementan pun menyiapkan langkah strategis dalam upaya peningkatan ketersediaan pangan di era new normal, antara lain meningkatkan kapasitas produksi dengan mempercepat musim tanam II, mengembangkan lahan rawa, perluasan tanam baru, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan pangan dan sistem logistik pangan, serta pengembangan pertanian modern.
"Sesuai perhitungan yang mengacu data BPS, diprediksi stok akhir beras pada Desember 2020 mencapai 6,27 juta ton. Itu masih bisa memenuhi kebutuhan hingga Februari 2021," kata Mentan Syahrul melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Selain beras, beberapa komoditas pangan pokok lain yang dipantau pemerintah antara lain bawang merah 27,1 ribu ton, daging ayam 613,7 ribu ton, telur 100,44 ribu ton, dan gula pasir 1,21 juta ton.
Menurut Mentan, kondisi ketersediaan pangan secara nasional mesti dibarengi dengan keterjangkauan akses masyarakat secara merata di seluruh wilayah. Oleh karena itu, Kementan berupaya memfasilitasi biaya pengangkutan pangan dari wilayah surplus ke wilayah defisit.
Hal ini dilakukan untuk menjaga agar hasil panen petani tetap terserap pasar di tengah pandemi sehingga petani tetap bersemangat menanam.
Pada periode April s.d. Juni 2020, Kementan mencatat total fasilitasi pengangkutan mencapai 140 ton untuk bawang merah; 19,9 ton cabai besar; 62,2 ton cabai rawit dan 26,5 ton telur ayam. Intervensi pasokan melalui fasilitasi pengangkutan ini akan terus dilakukan guna memastikan keterjangkauan pangan tetap merata di seluruh wilayah.
Selain itu, Kementan melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) juga memperkuat ketersediaan dan stabilisasi harga dengan mengembangkan Pasar Mitra Tani dan Toko Mitra Tani. Tujuannya adalah untuk memotong rantai pasok, agar produsen mendapat harga yang layak serta konsumen memperoleh pangan yang terjangkau.
Kepala BKP Agung Hendriadi menuturkan strategi lain yang diterapkan oleh Kementan untuk mengantisipasi krisis pangan adalah diversifikasi pangan lokal. Pentingnya pengembangan pangan lokal ini karena potensi pangan lokal di Indonesia sangat besar.
"Ada banyak potensi pangan lokal yang sangat besar dalam mendukung ketahanan pangan, kita identifikasi dan dorong agar tiap provinsi mempunyai satu komoditas andalan selain beras," kata Agung.
Agung menjelaskan pengembangan diversifikasi pangan lokal selain beras, terfokus pada beberapa komoditas pangan lainnya seperti ubi kayu, jagung, sagu, pisang, dan kentang.
Langkah diversifikasi pangan lokal ini dilakukan melalui pengembangan diversifikasi pangan di daerah yang memang memiliki potensi pangan lokal tersebut dapat berkembang dengan baik.
Dorongan untuk diversifikasi juga dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Pekarangan sangat potensial menjadi sumber pangan yang beragam di tengah ancaman krisis pangan akibat pandemi COVID-19. Pekarangan juga dapat mengurangi belanja bahan pangan sehingga menghemat pengeluaran rumah tangga.
"Kekuatan ketahanan pangan menghadapi kondisi pandemi dan kekeringan terletak di ketahanan pangan keluarga, karena itu kita dorong masyarakat untuk mampu memproduksi pangan sendiri dari pekarangan mereka," kata Agung.
Selain masyarakat mampu menyediakan pangannya sendiri, kegiatan Pekarangan Pangan Lestari juga dapat menggerakkan ekonomi masyarakat. Dengan berbagai langkah strategis tersebut, Kementan yakin krisis pangan akan dapat diantisipasi, dan ketahanan pangan tetap terjaga dengan baik.