Denpasar (Antara Bali) - Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia menilai alih fungsi lahan pertanian di Provinsi Bali dalam lima tahun terakhir ini sangat mengkhawatirkan karena dapat mengancam ketahanan pangan.
"Alih fungsi lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan berbagai kepentingan pembangunan terutama sektor pariwisata dalam lima tahun terakhir mencapai 5.000 hektare atau setiap tahunnya rata-rata 1.000 hektare," kata ketua kelompok Riset Sistem Subak Unud di Denpasar, Senin.
Alih fungsi lahan pertanian dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan itu menunjukkan sektor pertanian dalam keadaan kritis. Lahan sawah beririgasi di Bali pada 2005 tercatat 87.850 hektare, namun kini terdata 82.664 hektare, sehingga menyusut 5.186 hektare.
Sementara penyusutan lima tahun sebelum 2005 rata-rata 750 hektare setiap tahunnya untuk memenuhi berbagai kepentingan pembangunan, termasuk kawasan permukiman baru.
Prof Windia menambahkan, dalam kondisi itu tercermin antara lain petani semakin sulit memperoleh air untuk irigasi pertanian karena harus bersaing dengan perusahaan daerah air minum dan perusahaan air dalam kemasan, di samping hotel dan akomodasi pariwisata lainnya.
"Jika lahan sawah di Bali semakin berkurang dan air irigasi semakin sulit, maka sistem subak yang diwarisi secara turun-temurun sejak ribuan tahun silam oleh masyarakat Bali terancam kelestariannya," ucapnya.(*/T007)