Denpasar (ANTARA) - Tiga mahasiswa Universitas Udayana, bernama I Putu Yudhi Arta Wijayakusuma, Mazroatul Khusni dan Claudia Angel Marpaung, meraih medali emas di Taiwan karena menunjukkan inovasi bernama "Bali Local Seeds Bank".
"Jadi sebenarnya ide ini muncul dari adanya penggunaan benih Genetically Modified Organism dan Hybrid semakin banyak, lalu petani sekarang beralih dari benih lokal ke benih-benih GMO dan hybrid,"kata salah satu mahasiswa Unud yang memperkenalkan inovasi ini, I Putu Yudhi Arta Wijayakusuma, usai ditemui di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan budaya yang beralih menggunakan GMO ini menyebabkan benih-benih lokal di Bali menghilang. Untuk itu, pihaknya bersama dua mahasiswa lain bekerja sama membuat inovasi Bali Local Seeds Bank: Eco-friendly and Conservation Innovation for Saving Local Seeds.
Melalui penelitian ini, Ia mendapatkan medali emas dan penghargaan dari Ministry of Science Technology and Research Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka, dalam ajang perlombaan Kaohsiung International Invention & Design EXPO pada 6 sampai 8 Desember 2019.
Baca juga: Mahasiswa Unud berprestasi dapat beasiswa dari BCA Rp300 juta
Perlombaan yang diadakan di Taiwan diikuti oleh 500 peserta yang berasal dari 26 negara dengan berbagai kategori yang dilombakan, mulai dari agriculture, teknologi hingga kesehatan.
Selain dimanfaatkan dalam penelitian, benih lokal ini juga bisa didistribusikan kepada kalangan petani dan masyarakat umum dengan mekanisme socialpreneur.
Ia mengatakan apabila dilihat dari segi bisnis, keuntungan yang diperoleh dibagi untuk tiga pengelola, 45 persen untuk para peneliti, 30 persen ekspasi usaha dan 25 persen untuk program sosial.
Sedangkan untuk program sosial inovasi ini dapat dimanfaatkan oleh para akademisi sebagai bahan penelitian dan bagi kalangan petani digunakan sebagai bahan untuk bertani.
Baca juga: Unud resmikan hibah "Teaching Farm Close House" dari PT Charoen Pokphand
Melalui inovasi Bali Local Seeds Bank, terdapat beberapa jenis benih yang sudah dibudidayakan seperti gumitir, mentimun, sayur hijau, sawi, dan pisang kayu.
Ia menjelaskan proses penelitian ini, dilakukan selama satu tahun sejak bulan Oktober 2018 dan hingga saat ini masih mengumpulkan berbagai benih lokal dari para petani.
"Setelah benih lokal itu dikumpulkan, kita coba melakukan budi daya di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unud, seluas 1 are," jelasnya.
Selain itu, jenis benih lokal tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk ritual keagamaan di Bali, karena menurut dia, belum ada benih GMO yang dapat menunjang aspek keagamaan bagi warga di Bali.
Pihaknya berharap agar generasi milenial dapat menumbuhkan rasa peduli terhadap kondisi plasma nutfah asli di Bali yang mulai menipis, dan apabila diolah usaha pertanian juga dapat bernilai ekonomis.