Pameran berbagai jenis kerajinan tangan menyemarakkan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-35 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di IMPACT Arena, Nonthaburi, Thailand, Sabtu.
Bertajuk Green Café: Thailand Going Green for Sustainable ASEAN 2019, pameran tersebut menampilkan karya kerajinan seperti tas dan dompet berbahan dasar pelepah pisang, rotan, serta kain tradisional Thailand.
Selain itu, disediakan pula stan lokakarya agar para pengunjung di Media Center IMPACT Arena dapat mempraktikkan cara membuat mainan tradisional dari janur kelapa.
Baca juga: Dekranasda Bali dorong perlindungan hak cipta kerajinan
“Orang tua biasa mengajarkan teknik membuat mainan tradisional ini kepada anak-anak mereka,” kata Saranya Ruangjariyasilp, staf yang bertanggung jawab mengelola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Central Group kepada Antara.
Central Group adalah salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan pemerintah Thailand untuk menyediakan stan-stan kerajinan tangan di lokasi penyelenggaraan KTT ASEAN.
Keberadaan stan-stan kerajinan tangan tersebut sesuai dengan tema keketuaan Thailand untuk ASEAN tahun ini yakni “Memajukan Kemitraan untuk Keberlanjutan”.
Di bawah tema tersebut, Thailand ingin membangun keberlanjutan di semua dimensi, termasuk keamanan berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang meliputi ekonomi hijau dan pembangunan berkelanjutan.
Baca juga: Industri batok kelapa wakili Klungkung ke tingkat nasional
Aspek inklusivitas juga ditunjukkan melalui pameran kerajinan yang digagas oleh Thailand sebagai penyelenggara KTT ASEAN terakhir tahun ini, dengan melibatkan para penyandang disabilitas.
Pakjitpakjai, salah satunya, adalah merek karya kerajinan yang bertujuan memberdayakan tunanetra.
Didirikan oleh Thailand Association of the Blind pada 2018 di Chiang Mai, lokakarya ini menghasilkan produk karya seni seperti tas, syal, dan dompet dari kain katun yang disulam mengikuti metode Jepang yakni Sashiko.
Baca juga: Pengelola kerajinan kayu jati Bali terima pesanan dari mancanegara
“Kami ingin menciptakan peluang kerja bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan penglihatan yang mengandalkan indera sentuhan mereka,” ujar Wandee Suntivumetee, pengelola lokakarya yang saat ini telah memberdayakan hingga 32 orang tunanetra.
Baca juga: "Yande Batok" olah batok kelapa jadi kerajinan hingga tembus mancanegara
Produk kerajnan tangan dijual dengan harga beragam, mulai dari 69 baht Thailand (sekitar Rp32.000) hingga ribuan baht Thailand.
Pameran kerajinan tangan tersebut akan berlangsung hingga hari terakhir KTT ke-35 ASEAN pada Senin (4/11).