Jakarta (ANTARA) - Quick Count atau hitung cepat Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA dinilai paling akurat dalam pemilihan calon presiden (Capres) 2019 dibanding hasil hitung cepat yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei di Indonesia.
Pendiri LSI, Denny JA dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa, mengatakan, KPU baru saja mengumumkan Real Count Final 100 persen yaitu pasangan 01 Jokowi-Ma’ruf menang di angka 55,50 persen dengan memperoleh 85.607.362 suara, dan pasangan 02 Prabowo-Sandiaga Uno di angka 44,50 persen dengan memperoleh 68.650.239 suara.
Pada hari pencoblosan, 17 April 2019, ada sebelas lembaga survei yang mengumumkan quick count, mulai dari LSI Denny JA, SMRC, Polltracking, Indikator, Indo Barometer, Charta Politica, Cyrus-CSIS, Median, Litbang Kompas, hingga Vox Populasi.
Semua lembaga survei mengumumkan quick count tentang kemenangan Jokowi di angka yang beragam. LSI Denny JA menunjukkan selisih paling kecil, dengan Real Count atau rekapitulasi nasional KPU dalam Pilpres 2019, sekitar 0,12 persen.
Menurut Denny JA, hasil quick count lembaganya itu bukan rekor terbaik LSI. "Di tahun 2010, LSI pernah memperoleh rekor MURI karena selisih quick count di Pilkada Sumbawa NTB, 2010, adalah 0,00 persen. Atau hasil quick count sama persis dibanding hasil KPUD yang diumumkan 14 hari kemudian," katanya.
Denny JA menambahkan, sekali lagi publik diberikan pengalaman. "Betapa ilmu pengetahuan dapat membantu kita mengetahui hasil pemilu 250 juta populasi begitu cepat. Hanya dalam waktu 3 jam setelah TPS ditutup, hasil quick count membantu tahu siapa yang menang. Terbukti hasil quick count menyerupai hasil real count sebulan kemudian," ujarnya.
"Mereka yang membawa LSI Denny JA, juga lembaga quick count lain ke polisi, menuduh kami membohongi publik, kembali tertolak oleh hasil Real Count KPU," pungkas Denny JA.