Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengemukakan besarnya anggaran yang telah dikucurkan pemerintah untuk penyelenggaraan Pemilu 2019 seharusnya bisa ikut membantu mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi ternyata hasilnya tak optimal.
"Anggaran Rp25 triliun untuk pemilu belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai yang diharapkan. Padahal, pemilu awalnya diharapkan dapat mendorong sektor konsumsi karena sektor investasi bisa dikatakan belum cukup berani bertindak untuk investasi karena menunggu hasil pemilu," kata Assyifa Szami Ilman dalam keterangan tertulis, Sabtu.
Menurut dia, capaian pertumbuhan yang sudah ada saat ini juga kembali membutuhkan diskusi lebih lanjut dari berbagai pihak terkait.
Hal tersebut karena faktor pendorong konsumsi yang tersisa sepanjang tahun ini bisa dikatakan hanyalah Ramadan dan Lebaran, dan mungkin juga Natal dan Tahun Baru.
"Kedua momentum ini bisa dirasa belum cukup untuk menjaga pertumbuhan perekonomian di kuartal-kuartal selanjutnya dimana pertumbuhan ekonomi di periode tersebut harus mencapai rata-rata 5,4 persen. Sehingga, perlu cara lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.
Ia berpendapat salah satu cara untuk mendorong konsumsi adalah dengan menghilangkan berbagai hambatan yang dihadapi oleh sektor konsumsi untuk bisa tumbuh.
Sebagaimana diwartakan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengingatkan pentingnya penguatan pondasi sektor ekspor nasional untuk mendukung kinerja pertumbuhan ekonomi pada 2019.
"Kita betul-betul mengkaji bagaimana mendorong ekspor, karena apa yang sudah diputuskan di perindustrian melalui 4.0, itu bukan sesuatu yang muluk-muluk dan sesuai kebutuhan," kata Darmin di Jakarta, Jumat (10/5).
Darmin mengatakan pembenahan sektor ekspor, terutama nonmigas, melalui penguatan industri pengolahan, sangat penting untuk meningkatkan kegiatan ekonomi.
Pembenahan kapasitas dan produksi untuk ekspor itu, selama ini sudah berjalan baik, meski belum memberikan kontribusi positif kepada neraca perdagangan nasional.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada triwulan I-2019 tumbuh 5,07 persen, melalui dukungan konsumsi rumah tangga dan pemerintah.
Ekspor barang dan jasa pada periode ini tercatat tumbuh negatif 2,08 persen, karena adanya penurunan ekspor migas maupun non migas.
Pemerintah mengharapkan pertumbuhan ekonomi pada 2019 dapat mencapai 5,3 persen sesuai dengan asumsi yang ditetapkan dalam APBN.
Besarnya anggaran pemilu seharusnya dorong pertumbuhan ekonomi
Minggu, 12 Mei 2019 8:05 WIB