Jakarta (ANTARA) - Ratusan penumpang pesawat terbang yang baru saja mendarat di terminal kedatangan internasional Bandar Udara I Gusti Ngurai Rai, Bali, bergegas keluar pintu keluar garbarata menelusuri lorong bandara untuk selanjutnya menuju loket imigrasi.
Sudah seperti lazimnya setiap penumpang pesawat yang berkunjung ke suatu negara, membawa buah tangan atau pakaian menggunakan koper, tas kain, atau tas plastik.
Sementara di pertengahan lorong, ada dua orang direksi PT Angkasa Pura I (Persero) yakni Direktur Utama Faik Fahmi dan Direktur Pemasaran dan Pelayanan Devi Suradji yang mengamati tas bawaan setiap penumpang.
Sambil menyediakan sejumlah tas kain berwarna hitam, kedua direksi tersebut mengawasi wisatawan mancanegara (wisman) yang tiba di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai secara acak.
Jika ditemukan ada wisman yang membawa tas plastik, maka akan dihentikan. Dengan sopan dua direksi PT Angkasa Pura I itu berkata "excuse me, may I change you plastic bag with the new bag one?," demikian Faik dan Devi saat menemui sejumlah wisatawan mancanegara yang membawa tas plastik.
Sejumlah wisatawan ada yang terkejut ada pula tampak biasa saja, saat disapa dan ditawarkan untuk mengganti tas plastik yang dibawanya.
Setelah mendapat penjelasan bahwa Indonesia berupaya mengurangi sampah plastik, barulah para wisatawan mancanegara paham dan mau secara sukarela menukarkan tas plastik sambil memindahkan isi bawaan ke tas kain yang ramah lingkungan.
Bukan saja wisatawan mancanegara yang baru mendarat "dirampok" tas plastiknya oleh dua direksi Angkasa Pura I itu, tapi wisatawan mancanegara yang duduk menunggu keberangkatan pesawat dan kedapatan membawa tas plastik, juga tak luput dari Faik dan Devi untuk didatangi dan ditukar tas plastiknya dengan tas kain.
Ada sejumlah wisman yang semula keberatan tas plastiknya ditukar dengan tas kain, tapi setelah mendapat penjelasan secara sopan, barulah mereka memahami dan mendukung program pengurangan sampah plastik. Bahkan sejumlah wisman yang melihat kejadian tersebut "mengeroyok" dua direksi itu untuk minta tas kain yang dibagikan kepada penumpang.
Devi Suradji mengatakan, Indonesia adalah negara nomor dua di dunia yang menghasilkan sampah plastik terbesar dan kesan seperti ini harus dihilangkan sesuai dengan komitmen Pemerintah Indonesia yang ingin mengurangi sampah plastik di Tanah Air.
"Sebagai negara yang banyak dikunjungi wisman, alangkah baiknya kalau Indonesia bisa mengurangi sampah plastik agar lebih bersih dan menarik untuk dikunjungi," ujar Devi.
Memang tidak mudah untuk mengurangi apalagi menghilangkan sampah plastik, tapi hal itu harus dilakukan dan secara terus-menerus harus dilakukan sosialisasi serta didukung oleh seluruh pemangku kepentingan serta masyarakat untuk mau membawa tas ramah lingkungan ketika hendak berbelanja.
Seluruh toko oleh-oleh di semua bandara hendaknya ikut mendukung program larangan memberikan tas plastik untuk komoditas yang dijual."Kita sangat mengharapkan partisipasi pedagang dan masyarakat untuk mensukseskan program pengurangan sampah plastik," katanya.
Ajak WWF
Untuk mensukseskan lingkungan 13 bandara yang dikelola, PT Angkasa Pura I (Persero) mengajak WWF Indonesia untuk bersama-sama menciptakan suatu lingkungan yang bersih dan ramah lingkungan dengan menandatangani nota kesepahaman tentang Kerja Sama Konservasi dan Edukasi Lingkungan Hidup sebagai upaya untuk menjaga ekosistem bumi.
Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi, mengatakan perseroan mempunyai kepedulian dan komitmen saat membangun bandara untuk tidak mengabaikan lingkungan hidup sehingga tidak merusak ekosistem yang ada di bandara dan sekitarnya.
CEO WWF Indonesia Rizal Malik mengatakan kerja sama dengan Angkasa Pura I ini merupakan langkah strategis, mengingat AP I yang mengelola 13 bandara di Indonesia bagian timur dan tengah, merupakan pintu gerbang bagi masuknya wisatawan dan penumpang.
Adanya kerja sama ini, diharapkan wisatawan dapat mengurangi penggunaan sampah plastik yang saat ini sedang menjadi isu global.
Angkasa Pura berkomitmen terhadap kelestarian lingkungan hidup dan proses bisnis berkelanjutan, yang tidak hanya ditunjukkan melalui berbagai kegiatan yang mendukung pelestarian lingkungan di wilayah bandara seperti konservasi dan edukasi lingkungan hidup.
Kegiatan pengembangan dan pengelolaan bandara oleh perseroan harus membawa manfaat sosial dan manfaat lingkungan hidup bagi masyarakat sekitar bandara.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dampak lingkungan hidup dalam jangka panjang, kami berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip eco-airport dan prinsip perusahaan berkelanjutan pada operasional dan pengembangan bandara Angkasa Pura I.
Angkasa Pura I telah mengenalkan konsep bandara ramah lingkungan melalui terminal baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang yang diikuti pengimplementasian secara penuh standar ISO 14001 terkait lingkungan oleh Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.
Perusahaan juga telah memasukkan strategi lingkungan hidup ke dalam sejumlah program tanggung jawab sosial perusahaan seperti penanaman pohon, penanaman terumbu karang, dan lainnya.
Beberapa inisiatif pada kegiatan operasional yang berbasis lingkungan yang dilakukan Angkasa Pura I antara lain melakukan pelaporan karbon yang dihasilkan di semua 13 bandara melalui platform ACERT (ACI's Airport Carbon and Emissions Reporting Tool) setiap enam bulan.
Juga melakukan Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dalam setiap pembangunan di kawasan bandara, baik kawasan sisi darat maupun sisi udara, menyediakan instalasi fasilitas pengelolaan air hujan, daur ulang air limbah, pengukuran emisi kendaraan, dan pengelolaan sampah.
Angkasa Pura I juga melakukan kajian habitat manajemen untuk memastikan pembangunan dan operasional bandara tidak mengganggu biodiversity dan memitigasi bahaya yang ditimbulkan oleh kehadiran hewan liar di kawasan bandara.
Komitmen perusahaan terhadap lingkungan hidup dan operasi bisnis yang berkelanjutan juga ditunjukkan dengan keikutsertaan Bandara Adi Soemarmo Solo pada program "Airport Excellence" (APEX) yang diadakan oleh "Airports Council International" (ACI) tahun 2018.
Bandara Adi Soemarmo Solo menjadi bandara pertama di Asia-Pasifik yang ikut serta dalam kegiatan terkait penerapan prinsip lingkungan hidup dan keberlanjutan di bandara tersebut.
Diharapkan dengan sosialisasi berkelanjutan serta kepedulian semua pihak untuk tidak menjadikan plastik menjadi sampah, maka komitmen pemerintah sampai 2025 bisa kurangi sampah plastik hingga 70 persen bisa terwujud.
(AL)
Direksi AP I "rampok" tas plastik wisatawan di Bandara Ngurah Rai
Rabu, 20 Maret 2019 14:30 WIB