Denpasar (Antaranews Bali) - Pengobatan alternatif atau nonmedis menjadi daya tarik masyarakat yang berkunjung di ke "Festival Pasraman Indonesia 2018", warga yang datang lebih banyak melakukan pengobatan tersebut untuk membebaskan dirinya dari penyakit nonmedis.
Wakil Ketua Yayasan Segara Giri, Nyoman Ariadi, selaku pelaksana pengobatan alternatif tersebut di Denpasar, mengaku banyak masyarakat yang datang lokasi pengobatan alternatif untuk ketenangan jiwa mereka.
Selain itu, kata dia, juga warga yang memiliki penyakit strok. Dalam pengobatan itu, tidak menggunakan sistem pijat ataupun metode yang dapat bersentuhan langsung dengan tubuh pasien. Melainkan dengan menggunakan sistem prama (spiritual) yang diwahyukan dari Tuhan.
"Ini kami lakukan secara gratis dalam festival kali ini. Mereka yang datang ada yang sakit nonmedis, bahkan ada yang strok. Tadi gak bisa bergerak setelah dilakukan pengobatan menggunakan prana 60 persennya sudah bisa berjalan lagi. Jadi kami tidak menggunakan metode sentuhan namun metode prana namanya," kata Ariadi menjelaskan.
Selain pengobatan alternatif, kegiatan hari terakhir Festival Pasraman Indonesia 2018 juga memberikan pengobatan medis, yoga dan meditasi massal, donor darah, dan pameran. Seluruh kegiatan tersebut diberikan secara gratis untuk masyarakat umum.
Presiden World Hindu Parisad, I Made Mangku Pastika yang juga menyempatkan hadir saat kegiatan itu mengatakan adanya Perkumpulan Pasraman Indonesia (PPI) merupakan suatu langkah besar untuk menyiapkan sumber daya manusia Hindu yang memberikan pendidikan paham dengan Hindu sekaligus membentuk karakter yang baik terutama bagi generasi muda.
"Tanpa adanya karakter yang tangguh kita bisa dipengaruhi oleh eksistensi dari arus yang cukup deras saat ini. Zaman globalisasi membawa pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia," ujarnya mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Menurutnya, PPI harus hidup dan lebih besar lagi dari substansi untuk menghadapi generasi milenial. "Dan konsep kita harus berubah agar tidak dianggap melakukan perpecahan karena perbedaan pandangan dengan generasi milenial dan generasi Z selanjutnya.
Dikatakan, generasi milenial harus diselamatkan dan ujung tombaknya melalui pasraman dan diharapkan mampu memberikan pedoman pemahaman pasraman yang nantinya harus disepakati bersama," ucapnya.
Sementara Ketua Panitia Festival PPI, I Wayan Sudiarta mengatakan dengan adanya dukungan berbagai pihak, festival ini akan terus berlanjut setiap tahunnya untuk semakin mempererat persatuan pasraman Hindu di Indonesia.
Dengan bersatunya pasraman-pasraman ini berharap ke depannya masing-masing ashram dapat menerapkan konsep yang sama yakni membentuk karakter bangsa yang baik.
"Kami berharap festival ini menjadi ajang tahunan mempersatukan seluruh pasraman dan sebagai wadah penyatuan konsep bimbingan spiritual kepada generasi muda. Dengan penyatuan konsep tersebut kita ingin meningkatkan karakter anak-anak Hindu di Indonesia agar berbudi luhur dan tentunya tidak melenceng dari ajaran Agama Hindu itu sendiri," ujarnya.
Baca juga: Masyarakat ikuti "Padayatra" di Festival Pasraman Indonesia 2018
Baca juga: Ribuan peserta terlibat festival "Pasraman Indonesia 2018"
Pengobatan alternatif daya tarik ajang "Festival Pasraman Indonesia 2018"
Senin, 10 Desember 2018 21:30 WIB