"Sudah lama keinginan masyarakat Bali dan Buleleng khususnya adanya jalan pintas (shortcut) Buleleng-Denpasar, namun belum bisa terealisasi dan saat ini keinginan tersebut akhirnya terwujud. Pembangunan infrastruktur ini sebenarnya terlambat ketika dilakukan sekarang, mengingat selain menjadi daerah tujuan wisata, Bali juga hampir tak pernah berhenti menjadi tuan rumah berbagai 'event' internasional," kata Koster pada acara peresmian "groundbreaking" proyek tersebut.
Menurut Koster, Bali sebagai destinasi wisata dunia sudah sangat terlambat terkait pembangunan infrastruktur. Untuk itu, dalam lima tahun kepemimpinannya, ia akan fokus pada pembangunan infrastruktur baik darat, laut, udara yang terkoneksi satu sama lain. "Kita akan percepat pembangunan infrastruktur ini. Saat ini telah dilakukan pada tahap ground breaking titik 5-6 tepatnya di Desa Pegayaman. Dengan adanya proyek shortcut ini, warga tidak akan mengeluh mabuk lagi, karena jalan berkelok-kelok," ujarnya.
Sesungguhnya, lanjut dia, hal tersebut untuk mewujudkan mimpi rakyat yang telah lama ingin direalisasikan. "Sudah lama rakyat menunggu-nunggu hal ini, dan saya bersyukur akhirnya bisa melaksanakannya," ujar Koster.
Ia menargetkan untuk shortcut Jalan Baru Batas Kota Singaraja – Mengwitani bisa selesai pada tahun 2021. Sehingga setelah itu bisa beralih ke pembangunan infrastruktur lainnya seperti tol Denpasar-Gilimanuk yang selama ini juga telah dinanti masyarakat.
"Kalau untuk bandara di Bali Utara, tahun 2019, saya berharap sudah mulai ada tahapan pembangunannya. Selain itu, Pelabuhan Celukan Bawang, Pelabuhan Benoa dan Pelabuhan Padangbai juga akan terus dikembangkan, serta proyek kereta api lingkar Bali. Jadi kita memang sungguh-sungguh dengan sektor infrastruktur ini," katanya.
Gubernur Koster berharap dengan adanya proyek Jalan Baru Batas Kota Singaraja – Mengwitani ini akan mampu mengatasi kesenjangan pembangunan antara Bali Utara dan Bali Selatan.
"Dengan selesainya shortcut ini diharapkan roda perekonomian antara Bali Utara dan Bali Selatan bisa seimbang. Transportasi bisa lebih lancar, keseimbangan antara utara-selatan, barat-timur juga bisa terwujud. Investor juga bisa masuk ke Buleleng," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional Wilayah VIII, I Ketut Dharma Wahana dalam laporannya mengatakan terwujudnya Jalan Baru batas Kota Singaraja-Mengwitani merupakan kerja sama antara pemerintah kabupaten, provinsi dan pemerintah Pusat.
"Jalan baru batas kota Singaraja-Mengwitani adalah jalan penghubung antara Kabupaten Buleleng dengan Tabanan. Pembangunan jalan baru dan jembatan ini bertujuan untuk memperbaiki geometric jalan guna mempersingkat waktu tempuh perjalanan dariu Denpasar ke Singaraja begitupula sebaliknya," katanya.
Dalam kesempatan itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan pembangunan jalan baru ini merupakan jawaban dari pemerintah pusat terhadap mimpi masyarakat Buleleng dan merupakan langkah nyata dukungan pemerintah untuk keseimbangan Bali Utara dan Bali Selatan.
"Pasca-dibangunnya jalan ini, mulai hari ini saya akan menata SDM, sosial budaya dengan baik, tata ruang yang baik, sehingga setelah ini berkembang ruang-ruang di Buleleng masih tetap seperti semula," ujarnya.
Bupati Suradnyana mengaku optimistis perekonomian di Buleleng akan semakin bergeliat dengan dibangunnya jalan baru tersebut karena selama ini yang menjadi persoalan utama di Buleleng adalah masalah aksesibilitas.
"Inilah wujud pemerataan antara Utara-Selatan. Wisatawan tidak akan enggan datang ke Buleleng karena aksesnya lancar, Warga Buleleng tidak lagi berdesak-desakan ke Denpasar untuk mengadu nasib. Tinggal kami memberdayakan masyarakat," katanya.
Acara Ground Breaking paket pembangunan Jalan Baru Batas Kota Singaraja – Mengwitani ini dihadiri perwakilan dari Kementerian PUPR, Ketua DPRD Provinsi Bali Nyoman Adi Wiryatama, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Ketua DPRD Kabupaten Buleleng Gede Supriatna, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra dan sejumlah pejabat lainnya.