Denpasar (Antaranews Bali) - Sebanyak 328 SMA/SMK di Pulau Dewata telah terdaftar mengikuti pembelajaran kelas maya "Jejak Bali" yang programnya disiapkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Bali bekerja sama dengan Pustekkom Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Pada awalnya, program ini dimulai hanya pada SMA dan SMK negeri, namun hingga 23 Juli 2018, dari 333 SMA dan SMK se-Bali, sekolah yang terdaftar sebanyak 328 lembaga," kata Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali Tjokorda Istri Agung (TIA) Kusuma Wardhani saat menyampaikan laporan pada Pencanangan Pembelajaran Kelas Maya Jejak Bali di Denpasar, Senin.
"Jejak Bali" merupakan akronim dari Jejaring Jelajah Kreativitas Bali yang programnya sudah dirintis sejak September 2017 dan disinergikan dengan "Rumah Belajar" milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
TIA menambahkan, dari 328 SMA dan SMK di Bali yang sudah tergabung dalam kelas maya "Jejak Bali" itu, sebanyak 129 sekolah merupakan SMA/SMK negeri, dan 199 SMA/SMK swasta.
Untuk jumlah guru yang terdaftar di kelas maya tersebut sebanyak 5.133 orang, dengan jumlah siswa 29.670 orang, serta jumlah kelas maya yang dibuat sebanyak 15.721 kelas.
Menurut TIA, meskipun telah dirintis tahun lalu, implementasi dari pemanfaataan teknologi dalam kelas maya "Jejak Bali" tidak bisa dilakukan secara spontan karena membutuhkan dukungan sarana prasarana di sekolah, kesiapan guru, hingga pendampingan dan pelatihan dari Kemendikbud kepada kepala sekolah dan guru.
"Yang jelas, dari Kemendikbud sudah memberikan ruang, akses, dukungan fasilitas, termasuk pendampingan kepada guru secara maraton," ujarnya.
Kemendikbud, lanjut TIA, juga tengah menyiapkan regulasi mengenai kelas maya ini karena Bali yang pertama kali secara serentak melaksanakan kelas dengan mengadopsi kecanggihan teknologi. Di samping harus dipikirkan juga infrastruktur pendukungnya hingga di pelosok desa.
"Karena Bali yang pertama, pemerintah pusat tentu akan melihat bagaimana kondisi riil di lapangan, termasuk cara untuk menghitung jam mengajar 24 jam bagi para guru," katanya.
TIA mengatakan, siap tidak siap memang kelas maya pasti akan terjadi karena akan banyak dapat efisiensi, seperti tidak lagi menggunakan kertas, tidak memerlukan buku pelajaran, dan penilaian menjadi lebih cepat.
Sementara itu, Kepala Pusat Teknologi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud RI Gogot Suharwoto mengatakan pencanangan sistem pembelajaran e-learning oleh Pemprov Bali sejalan dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah pusat, terutama terkait menghadapi revolusi industri.
"Kehidupan kita sudah dipastikan tidak bisa lepas dari teknologi, hanya sayangnya teknologi itu sudah masuk ke semua sektor dengan sangat cepat sekali. Untuk itu dunia pendidikan pun harus bisa mengikuti," ujar Gogot.(WDY)
Ratusan SMA/SMK di Bali ikuti kelas maya
Senin, 27 Agustus 2018 13:25 WIB