Denpasar (Antaranews Bali) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mendorong perbankan dan pelaku usaha di daerah setempat mengoptimalisasi pemanfaatan transaksi nontunai karena secara nasional sebagian besar omzet masih dalam bentuk tunai.
"Dari sisi dunia usaha, 78 persen di antaranya belum ada memiliki `cash handling`, sebagian besar masih transaksi tunai," kata Kepala Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah, Layanan dan Administrasi BI Bali Teguh Setiadi dalam sosialisasi gerakan nasional nontunai di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, hasil tersebut didapatkan dari survei yang dilakukan oleh BI Pusat terhadap dunia usaha di seluruh Indonesia.
Sedangkan untuk di Bali, Teguh menambahkan pemanfaatan uang elektronik untuk transaksi juga masih belum optimal.
Salah satunya disebabkan oleh plafon atau saldo yang diberikan perbankan kepada "merchant" atau toko yang diajak bekerja sama dinilai terbatas sehingga penjualan dan isi ulang uang elektronik tidak optimal.
"Sedangkan `merchant` juga kurang mendorong pemanfaatan uang elektronik untuk transaksi kepada konsumen padahal sudah ada mesin transaksinya," ucapnya.
Untuk itu pihaknya terus menyosialisasikan transaksi nontunai khususnya menggunakan uang elektronik di toko-toko sehingga diharapkan menjadi budaya bagi masyarakat untuk terbiasa menggunakan transaksi nontunai.
Saat ini, lanjut dia, pemanfaatan transaksi nontunai dengan uang elektronik 100 persen baru bisa diterapkan di tol Bali Mandara.
Meski demikian masih ada sebagian pengguna jasa tol yang belum memiliki uang elektronik tersebut termasuk saldo yang kurang.
Untuk itu, perbankan dan pengelola tol telah mendirikan satu unit gerai isi ulang dan pembelian uang elektronik dengan layanan tanpa turun dari kendaraan atau "drive thru" di simpang susun tol tepatnya di jalan menuju Pelabuhan Benoa. (*)