Jakarta (ANTARA News) - Kepala Dinas Penerangan TNI AD, Brigadir Jenderal TNI Alfred D Tuejeh, membenarkan ada insiden tank M-113 dari Batalion Infantri Mekanis 412 di Sungai Bogowonto, Jawa Jawa Tengah, Sabtu.
“Benar itu terjadi. Kami sangat prihatin atas kejadian ini dan unsur pimpinan TNI AD sudah tahu semua. Penyelidikan sebab-musabab peristiwa ini langsung kami gelar di lokasi kejadian dan hal-hal lain terkait,” katanya, saat dihubungi ANTARA News, di Jakarta, Sabtu petang.
Sebagian dari tim penyelidik yang sudah digelar di sana berasal dari Polisi Militer Divisi II Kostrad (bermarkas komando di Malang, Jawa Timur) karena Batalion Infantri Mekanis 402 bagian dari divisi ini.
Informasi awal menyatakan, pada Sabtu siang ini terjadi kecelakaan menyangkut satu tank angkut personel M-113 di Sungai Bogowonto, Purworejo, Jawa Tengah. Tank itu mengangkut anak-anak PAUD Ananda, dari Kelurahan Sindurjan, Purworejo.
Informasi menyatakan, rombongan PAUD Ananda yang turut dalam program outbond yang melibatkan tiga unit tank angkut personel M-113 itu terdiri dari 16 anak dan seorang guru. Selain mereka, masih ada TK Masitoh (71 anak dan empat guru), TK Siwi (20 anak dan dua guru), PAUD Lestari (20 anak dan empat guru), PAUD Handayani (35 anak).
Pelaksanaan outbound bagi anak-anak itu dipecah menjadi dua gilir jalan, dengan anak-anak menaiki kabin tank M-113. Pada gilir jalan kedua, insiden itu terjadi, setelah satu tank M-113 tergelincir dan masuk ke dalam Sungai Bogowonto.
“Tidak ada yang meninggal di dalam kabin tank. Adapun korban jiwa terjadi pada saat mereka sudah keluar dari tank dan terseret arus Sungai Bogowonto.
Seorang personel Batalion Infantri Mekanis 412, Prajurit Satu Rendy dan Kepala PAUD Ananda, Iswandari meninggal dunia. Rendy meninggal dunia setelah dia berupaya sekuat tenaga menyelamatkan warga sipil yang turut dalam tank itu.
M-113 merupakan salah satu mesin perang legendaris yang tetap dipakai hingga masa kini, sejak awal pengembangannya pada 1956, oleh pabrikan perdananya, Food Machinery Corp (Amerika Serikat). Konsep perang bagi Korps Infantri saat itu sudah berkembang, bukan cuma mengandalkan kekuatan kaki-kaki tentaranya, melainkan juga didukung secara signifikan oleh kehadiran kendaraan lapis baja yang mumpuni namun masih bisa bergerak lincah dengan dukungan minimum.
Kendaraan lapis baja yang dikehendaki bagi batalion infantri mekanis (bukan “sekedar” batalion infantri) adalah tidak seberat tank utama (main battle tank), di atas panser, bisa membawa sejumlah personel bersenjata lengkap dan juga membawa logistik persenjataan-perbekalan tim dan pribadi, dapat melindungi mereka hingga sedekat mungkin ke garis depan, sekaligus mampu menjadi kendaraan angkut korban pertempuran dan kendaraan komando.
(ed)