Denpasar (Antaranews Bali) - Sekelompok pemuda dari "sekaa teruna" (organisasi pemuda) Desa Ubung Kaje, Banjar Binoh Kelod, Kota Denpasar Utara, Bali, menyiapkan "Ogoh-ogoh" (boneka raksasa) bertemakan cerita Legot Bawa untuk menyambut perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1940.
"Pada waktu Kepala Dinas Kebudayaan (Dishub) Kota Denpasar I Gusti Bagus Mataram menyampaikan lomba pembuatan `ogoh-ogoh` untuk sekaa teruna pada setiap banjar, maka Desa Ubung Kaje memutuskan untuk membuat maha karya yang memiliki nilai filsafat yang mendalam yaitu Legot Bawa," kata Ketua Pemuda Banjar Benoh Kelod, Nyoman Sucipta, di Pura Benoh, Selasa.
Karya "Ogoh-ogoh" Legot Bawa mengisahkan cerita pada awal proses penciptaan, Dewa Brahma dan Dewa Wisnu sama-sama mengaku dirinya yang paling sakti, kemudian keduanya bertempur mengadu kekuatan, sehingga untuk menguji kebenaran yang sejati, Dewa Siwa membentuk sebuah lingga yang menjulang ke atas menuju ke langit dan ke bawah menuju permukaan Bumi.
Dalam cerita itu juga diungkapkan jika benar Dewa Brahma memang lebih sakti daripada Dewa Wisnu, maka Dewa Brahma harus mencapai ujung atas lingga dan untuk membuktikan Dewa Wisnu yang lebih sakti daripada Dewa Brahma maka Dewa Wisnu harus menemukan ujung bawah lingga.
Untuk mencapai ujung atas lingga, Dewa Brahma mengubah dirinya sebagai seekor Angsa Putih, sedangkan Dewa Wisnu untuk mencapai ujung bawah lingga harus mengubah dirinya sebagai Babi Hutan yang berwarna Hitam.
Dalam perjalanan untuk mencapai ujung bawah lingga, Dewa Wisnu terus menggali tanah hingga Dewa Wisnu bertemu dengan Dewi Pertiwi. Pada saat bertemu Dewi Pertiwi, Dewa Wisnu kemudian mengubah wujudnya kembali dari seekor Babi menjadi wujudnya semula, sehingga Dewa Wisnu dan Dewi Pertiwi pun memadu kasih hingga Dewi Pertiwi menjadi hamil.
Dewa Wisnu melanjutkan perjalanan kembali untuk mencari ujung bawah Lingga, namun Dewa Wisnu tidak berjumpa kembali dengan Dewi Pertiwi, karena adanya kesepakatan waktu oleh Dewa Siwa untuk menemui ujung bawah Lingga sudah habis, kemudian Dewa Wisnu berpamitan dengan Dewi Pertiwi untuk menemui tempat yang telah disepakai oleh Dewa Brahma. Karena Dewi Pertiwi sedang hamil, maka Dewa Wisnu memberikan Bunga Wijaya Kusuma untuk putranya kelak.
"Manfaat dari Bunga Wijaya Kusuma adalah seberapa kali orang yang memakainya terbunuh jika menyentuh tanah maka akan hidup kembali. Setelah memberikan Bunga WIjaya Kusuma, kemudian Dewa Wisnu bergegas untuk menemui tempat yang disepakati dengan Dewa Brahma," ungkap Sucipta.
Perjalanan Dewa Brahma pun senasib, karena waktu yang diberikan Dewa Siwa segera habis, sehingga Dewa Brahma dan Dewa Wisnu menghampiri Dewa Siwa dengan tangan hampa dan penuh rasa hormat. Karena itu, diantara mereka tidak ada yang lebih sakti.
Dewi Pertiwi pun melahirkan seorang putra yang berwujud raksasa yang diberi nama Sang Boma, dan saat diberi Bunga wijaya Kusuma tersebut oleh ibunya, maka Sang Boma menjadi sangat sakti, sehingga muncul keinginan Sang Boma untuk menguasai dunia. Banyak Raja-raja dan Dewa-dewa dikalahkan dengan Sang Boma.
"Makna penting yang bisa kita petik dari karya "Ogoh-ogoh" Legot Bawa adalah kita sebagai manusia harus sadar bahwa diatas langit masih ada langit, hormati setiap orang agar pada saat kita melakukan tapa brata di Hari Suci Nyepi pikiran kita menjadi penuh kedamaian," katanya. (ed)
Video oleh Krishna Arisudana
Pemuda Ubung Kaje-Bali siapkan "Ogoh-ogoh" Legot Bawa (video)
Selasa, 6 Maret 2018 14:51 WIB
Makna penting yang bisa kita petik dari karya "Ogoh-ogoh" Legot Bawa adalah kita sebagai manusia harus sadar bahwa diatas langit masih ada langit, hormati setiap orang agar pada saat kita melakukan tapa brata di Hari Suci Nyepi pikiran kita menjadi p