Gianyar, Bali (Antaranews Bali) - Para perajin di desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali mendapatkan pelatihan mengenai desain dan peluang pasar ekspor selama tiga hari, Kamis-Sabtu (1-3/3), agar mereka bangkit dari kelesuan.
"Di tengah kelesuan bisnis kerajinan perak, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Pemkab Gianyar bekerja sama dengan PT Antam dan kami menggagas pelatihan itu," kata Ketua Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) Iriana Trimurty Ryacudu, dalam keterangan pers Bagian Humas Pemkab Gianyar, Jumat.
Ia menjelaskan pelatihan itu bertujuan memberikan dan meningkatkan pengetahuan praktis pada para peserta mengenai gambaran umum produk kerajinan perak, peluang dan tren produk kerajinan perak di pasar ekspor, standar mutu dan persyaratan pasar untuk produk kerajinan perak, pengembangan desain produk kerajinan perak.
Selain itu, pengalaman ekspor produk kerajinan perak dan pemasaran ekspor produk kerajinan perak. "Saya harap para perajin mampu mengangkat peluang, tren, peningkatan standar mutu, pengembangan desain dan pemasaran eksport," kata Iriana Rycudu.
Menurut Iriana, materi pelatihan akan diberikan selama tiga hari meliputi gambaran umum produk kerajinan perak, peluang dan tren produk kerajinan perak di pasar ekspor, standar mutu dan persyaratan ekspor.
Pada pelatihan ini juga hadir Vice President CSR PT Antam Tbk, Sudarmanto. Menurut dia, PT Antam Tbk adalah BUMN yang bergerak di bidang mineral dan hasil tambang di Indonesia. Perkembangan kerajinan perak di Bali khususnya Gianyar juga tidak lepas dari perhatian PT Antam sebagai penghasil perak di Indonesia.
Meski tidak melakukan eksplorasi di Bali, tapi Antam merasa ikut bertanggung jawab. Sebagai salah satu perusahaan milik pemerintah, ada suatu amanah regulasi yang diatur yang memungkinkan pihak PT. Antam untuk ikut berpartisipasi terhadap perkembangan UKM di Indonesia.
Sementara itu sambutan Pj. Bupati Gianyar yang dibacakan sekretaris Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kab. Gianyar, Made Mirnawati mengatakan pelatihan tidak hanya diikuti oleh pelaku UKM perak saja tapi juga ASN yang membina para perajin tersebut. "Dalam upaya membangkitkan kembali idustri perak di Desa Celuk peran pemerintah dan stakeholder terkait sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing," kata Made Mirnawati.
Industri kerajinan perak di Desa Celuk Sukawati Gianyar menjadi sentra kerajinan perak terbesar setelah di Kotagede Yogyakarta. Salah satu keunggulan perhiasan perak celuk, adalah dari segi desain yang unik dan masih dilakukan secara handmade. Namun 5 tahun belakangan ini nilai eksport perhiasan perak belum menunjukkan tren positif. "Oleh karena itu, pelatihan merupakan kebutuhan dan solusi," tambah Made.
Berdasarkan data di Disperindag Kabupaten Gianyar, saat ini jumlah perajin perak di Desa Celuk sekitar 300 perajin. Namun dari jumlah tersebut tidak semuanya berkembang, tidak sedikit yang mati suri akibat tingginya harga bahan baku dan kalah saing dari daerah maupun negara lain. Tapi meski begitu, ikon perhiasan perak di Bali masih tetap dipegang oleh Desa Celuk Gianyar. (WDY)