Klungkung (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten Klungkung, Bali, akan mengemas Festival Nusa Penida pada 6-9 Desember 2017 lebih menarik dibandingkan tahun sebelumnya dengan menonjolkan seni dan budaya lokal di daerah itu.
"Hari pertama akan diisi dengan kegiatan pembukaan Festival Nusa Penida di Pantai Mahagiri, Desa Jungutan, Nusa Lembongan baru yang juga dilakukan kegiatan upacara larung laut (pakelem)," kata Ketua Panitia Festival Nusa Penida, I Nyoman Widana, di Klungkung, Minggu.
Dalam kegiatan tersebut akan ditampilkan 1.500 orang penari yang berasal dari warga lokal setempat dan kegiatan pekelem itu bertujuan untuk keseimbangan alam agar semua dalam perlindungan tuhan ditengah kondisi Gunung Agung yang saat ini sedang kritis.
"Kegiatan ini juga sebagai wujud terima kasih kepada alam yang telah memberikan kehidupan bagi masyarakat Nusa Penida," katanya.
Sementara itu, di Nusa Lembongan yang memiliki tarian khasnya Sanghyang Jaran juga akan dipentaskan pada malam harinya dan dilanjutkan dengan pementasa baleganjur serta live musik.
"Pada hari kedua, dilakukan lomba gebug bantal, lomba gala-gala, kemudian lomba merangkai prani, lomba mengikat bulung (rumput laut), lomba busana adat yang khusus untuk wisatawan asing yang hadir dalam acara itu," ujarnya.
Lomba-lomba ini dilaksanakan dengan melibatkan wisatawan dan diyakini akan memberikan kesan tersendiri untuk wisatan yang berkunjung, selain menikmati keindahan alam biota bawah laut di Lembongan.
"Pada hari ketiga lebih pada agenda pelestarian alam, dengan kegiatan bersih-bersih pantai, transplantasi karang dan menaman pohon mangrove, hingga lomba perahu mini," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta mengatakan Nusa Penida juga sering disebut "blue paradise" atau surga biru yang memiliki berbagai kesenian yang sangat erat kaitannya dengan budaya lokal yang masih alami dan belum terkontaminasi dunia modern.
"Kegiatan ini bukan untuk berpesta, namun untuk promosi Bali yang masih aman di kunjungi, diitengah kelesuan pariwisata saat ini karena dampak erupsi Gunung Agung sehingga terjadi buka tutup bandara," ujarnya.
Kegiatan festival ini sempat ditunda atau diundurkan jadwal pelaksanaanya karena kondisi Gunung Agung yang masuk level awas pada September 2017 lalu, dan banyak pengungsi yang datang ke Klungkyng, sehingga pemerintah daerah memutuskan untuk penundaan.
Kegiatan ini, bukan sekadar ajang promosi pariwisata, namun banyak kegiatan aksi nyata yang menggugah kepedulian sebagai implementasi dari Gema Santi, seperti bersih-bersih pantai dan pelestarian karang laut dan mangrove, sebagai jaringan ekosistem yang sangat bermanfaat di Pulau Nusa Penida.
Setelah memasuki tahun ke empat, NPF kian mengukuhkan soliditas warga dalam membangun keberlanjutan aktivitas kepariwisataan yang telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian setempat. (WDY)