Nusa Penida (Antaranews Bali) - Pemuda Pelopor Wisata Raja Ampat melakukan studi tur ke Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, untuk mengembangkan objek wisata di daerahnya.
Keterangan resmi dari Humas Pemkab Klungkung yang diterima di Nusa Penida, Sabtu, menyebutkan rombongan tersebut dipimpin langsung oleh anggota DPRD Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Reinold Bulla.
Dalam lawatannya (28/9) itu, rombongan pemuda Papua terlebih dahulu mengunjungi tujuan wisata (destinasi) Pura Giri Putri atau lebih dikenal dengan Giri Putri Cave dan Crystalbay, lalu bertemu Camat Nusa Penida, I Gusti Agung Gede Putra Mahajaya di kantornya.
Reinol Bulla menyampaikan pengembangan pariwisata di Nusa Penida sangat memberikan inspirasi untuk mengembangkan hal serupa di Tanah Papua.
"Nusa Penida jadi pilihan studi tur mengingat secara geografi hampir sama, cuma yang kami perhatikan pengembangan pariwisata disini adalah peran aktif masyarakat dibarengi dengan pemerintah setempat yang bersinergi memberikan layanan yang terbaik bagi pelancong," katanya.
Oleh karena itu, selepas studi tur akan langsung menerapkan apa yang sudah dilihat dan disimak yakni pentingnya sinergi masyarakat-pemerintah dan kesadaran masyarakat dalam menjamu pelancong guna mendukung potensi Raja Ampat.
"Cerita inspirasi dari pelaku pariwisata Nusa Penida dalam mengembangkan wisata secara mandiri dan pengembangan pembangunan pemerintah dalam mendukung pariwisata bisa kita jadikan oleh-oleh bagi masyarakat Raja Ampat," katanya.
Dalam kesempatan itu, anggota DPRD Klungkung, Made Jana, mengapresiasi kehadiran pemuda pelopor wisata Raja Ampat ke Nusa Penida.
"Apa yang sudah kita lakukan, baik masyarakat maupun pemerintah, mendapat atensi yang positif, sehingga kita berbangga dan terus melakukan inovasi dalam mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan. Saya sangat berterima kasih telah memilih Nusa Penida," katanya.
Sementara itu, Camat Nusa Penida, I Gusti Agung Gede Putra Mahajaya menuturkan studi tur ini bagian dari apresiasi dalam pengembangan pariwisata yang dilakukannya selama ini telah mendapat tempat dan perhatian besar dari Pemerintah Raja Ampat.
"Jangan jumawa dan terus melakukan inovasi agar pariwisata Nusa Penida terus berkelanjutan dalam memberikan pelayanan yang terbaik buat pelancong," kata legislator asal Bungkasa, Badung itu.
Festival Mekorot
Di Buleleng, sebanyak 120 penggemar layangan mekorot dari Buleleng dan Karangasem mengikuti "Buleleng Mekorot Festival 2018" di Lapangan Kaliasem, Lovina, Buleleng, Bali, Jumat (28/9) lalu.
"Buleleng Mekorot Festival adalah ajang adu ketangkasan memainkan layang-layang di udara yang hingga kini masih lestari di Bali Utara," kata Project Director 'Buleleng Mekorot Festival 2018', Kadek Nova Wiguna.
Nova mengatakan peserta festival mekorot ini datang dari desa-desa di Buleleng dan Karangasem. Semula ada peserta dari Bali Selatan yang ingin mengikuti ajang ini, namun sampai batas waktu pendaftaran mereka tak mendaftar sebagai peserta.
"Buleleng Mekorot Festival bertujuan melestarikan, sekaligus mengembangkan budaya dan tradisi asli Bali Utara atau Buleleng. Jika di Bali Selatan ada layang-layang besar dengan mengadu keindahannya, maka di Bali Utara atau Buleleng ada layangan mekorot yaitu adu tangkas saling memutuskan benang layang-layang satu sama lain. Yang terakhir putus, itulah pemenangnya," katanya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Pariwisata Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan lomba layangan mekorot yang selalu diikuti pecinta layangan dengan meriah ini memang penting untuk terus dilaksanakan demi pelestarian pernaiman dan budaya lokal.
"Apalagi kini ada tarian baru yaitu Tari Mekorot yang bisa menambah khazanah tarian di Kabupaten Buleleng dengan khazanah ini, kreativitas dan seni budaya dicoba untuk dibangkitkan kembali terutama di kalangan anak muda," katanya.
Sutrisna mengatakan, kekayaan seni permainan dan budaya yang ada di Buleleng harus terus diinformasikan ke mancanegara supaya turis-turis yang ada bisa mengetahui dan menikmatinya.
"Kami mengharapkan Buleleng Mekorot Festival ini terus berlanjut sebagai ajang pelestarian seni budaya dan tradisi asli Buleleng. Jika tahun ini digelar di lapangan umum, tahun depan mungkin bisa pindah ke pantai agar bisa langsung dinikmati oleh wisatawan," katanya. (ed)