"Rencana awal festival ini digelar Oktober 2017, namun diundur karena kondisi aktivitas Gunung Agung sehingga kegiatan ini harus kami undur," kata Bupati Klungkung I Nyoman Suwitra saat ditemui di GOR Secapura, Kota Semarapura, Kamis sore.
Selain untuk pelestarian adat dan budaya, kata Suwitra, kegiatan festival ini diyakini sebagai bentuk promosi pariwisata di daerah itu dalam upaya menggaet kunjungan wisatawan mancanegara ke Nusa Penida.
"Meskipun kondisi awas Gunung Agung tetap berjalan dan turunnya kunjungan wisatawan ke Bali umumnya, kami masih terus melakukan promosi wisata, karena Nusa Penida masih aman untuk dikunjungi dan layak untuk didatangi," ujarnya.
Oleh karena itu, pihaknya meyakini kegiatan ini juga sebagai promosi objek-objek wisata yang ada di Nusa Penida yang aman dan jauh dari lokasi Gunung Agung. "Dalam festival ini akan memperlihatkan agenda kegiatan ritual ngaturang pekelem dan touring maupun diskusi tentang pariwisata," ujarnya.
Dalam diskusi nanti, kata Suwitra, juga membahas bagaimana mencari solusi melihat situasi pariwisata saat ini ditengah aktivitas vulkanik Gunung Agung saat ini.
"Kami tidak ingin menyerah pada nasib dan sebagai manusia harus tetap berusaha dan mendorong semua pihak ikut membangkitkan pariwisata Bali lagi," ujarnya.
Pihaknya juga terus meyakinkan kepada wistawan, bahwa Bali masih aman dan lokasi zona bahaya Gunung Agung hanya berada di radius delapan kilometer dari puncak dengan perluasan sektoral sepuluh kilometer dari puncak Gunung Agung ke arah utara, timur laut, tenggara, selatan dan barat daya.
"Saya berharap pariwisata Bali tidak terjun bebas dan kami berharap temen-teman yang bergerak di pariwisata agar mengeluarkan segala inovasinya dan meyakinkan wisatawan bahwa Bali masih aman," ujarnya.
Salah satu cara untuk meyakinkan pariwisata yang dapat dilakukan para pelaku pariwisata ini dengan memberikan informasi yang benar melalui media sosial dan lewat promosi lainnya seperti festival ini. (WDY)
Video oleh I Made Surya