Denpasar (Antara Bali) - Keluarga besar almarhum Mari Nabeshima di Jepang secara khusus datang ke Bali untuk menghadiri acara "memorial concert" mengenang setahun kepergian seniman andal Mari Nabeshima, digelar di Pulau Dewata.
"Keluarga besar dari Jepang itu juga akan menampilkan konser "Saga-Ta" untuk memeriahkan acara mengenang setahun kepergian Mari Nabeshima di Denpasar Senin (4/7)," kata Ketua Yayasan Arti Denpasar, I Kadek Suardana juga suami almarhum di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, konser yang diberi judul "Saga-Ta" yakni Saga, tempat kelahiran almarhum Nabeshima di Jepang tahun 1972 dan Ta-Tainsiat, tempat kelahiran suaminya di Kota Denpasar.
Mari Nabeshima seniwati andal yang pernah menerima beasiswa dari pemerintah Indonesia untuk mendalami tabuh dan tari Bali di Institut Seni Indonesia pergi untuk selama-lamanya, 4 Juli 2010 dalam usia 38 tahun (1972-2010).
Almarhum semasa hidupnya sangat mencinta seni budaya Bali itu berkat kegigihannya memelajari berbagai jenis musik tradisional Bali, antara lain gender wayang dan berbagai jenis tari Bali.
Berkat kegigihannya ia mampu memainkan gamelan Bali dan menguasai berbagai jenis tari dengan sempurna, disamping melakukan penelitian dan pengkajian terhadap seni budaya Bali.
Kadek Suardana mendorong istrinya mempelajari dan mendalami seni budaya Bali, hingga akhirnya menjadi seniman andal yang tampil dalam berbagai kegiatan skala lokal Bali, nasional maupun internasional.
Bersamaan dengan mengenang setahun kepergian Mari Nabeshima, Yayasan Arti Denpasar meluncurkan buku berjudul "Cecangkriman Tembang Penjaga Jiwa Raga".
Buku setebal 100 halaman yang dipersembahkan untuk almarhum Mari Nabeshima memuat hasil penelitian seni budaya yang pernah dilakukan almarhum selama hidupnya.
Hasil penelitian berbahasa Jepang dengan hurup Kanji tentang tembang "Cecangkriman" diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh rekannya dengan judul "Mari mempersembahkan sesaji untuk Bali.
Mari Nabeshima yang melewatkan masa kecilnya di Australia itu mengambil bidang studi musikologi di Tokyo University Arts.
Saat menyelesaikan S-2 mendapat kesempatan mendalami seni budaya Bali di ISI Denpasar dan sempat meneruskan S-3 di perguruan tinggi yang sama di Negeri Sakura.
Bersamaan dengan itu membentuk rumah tangga dengan Kadek Suardana, seorang pria Bali, seorang seniman dan produser seni sekaligus pimpinan Arti Foundation.
Almarhum semasa hidupnya mengurus sejumlah produksi pementasan sebagai manager yang giat dan berkarya sekaligus tampil di atas panggung.
Kesempatan itu sekaligus melakukan pencarian dalam penelitian ilmiah dan kegiatan musikal yang kreatif.
Semua itu menjadi bagian buku "Cecangkriman tembang penjaga jiwa raga" yang diluncurkan dalam setahun mengenang setahun kepergian Mari Nabeshima, tutur Kadek Suardana.(*)
Konser "Saga-Ta" Kenang Kepergian Mari Nabeshima
Sabtu, 2 Juli 2011 12:47 WIB