Gubernur Pastika: Mari Introspeksi dari Kondisi Gunung Agung

Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengajak masyarakat di sekitar kawasan Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, untuk mengintrospeksi diri, berkaca dari peningkatan status vulkanik gunung tertinggi di Pulau Dewata itu.

"Jika berdasarkan perhitungan ilmiah, seharusnya sudah meletus 23 September pukul 16.00 WITA, berdasarkan analisa kegempaan, pergerakan magma, dan sejumlah model lainnya," kata Pastika, di Denpasar, Senin.

Namun, lanjut dia, ternyata semua perhitungan para ahli meleset karena Gunung Agung itu adalah gunung yang penuh dengan kekuatan besar dan suci.

Bahkan intensitas kegempaan terus menurun, hingga akhirnya pada Minggu (29/10), status Gunung Agung diturunkan dari Awas menjadi Siaga.

Padahal ahli yang memprediksi itu, ucap Pastika, sebelumnya perkiraannya tidak meleset saat terjadi erupsi Gunung Merapi tujuh tahun lalu, demikian juga saat erusi Gunung Kelud, Jawa Timur, erupsi terjadi hanya selisih satu jam dari hasil prediksi.

"Artinya, untuk apa kita dibuat begini. Mari kita instrospeksi, terutama orang-orang di sekitar Gunung Agung itu, sudahkah orang di sana menjaga kesucian gunung itu. Seberapa keangkuhan orang di sana, berapa banyak hal yang tidak sesuai dengan sesana (etika), baik sebagai krama (warga) dan orang suci di sana," ujarnya mempertanyakan.

Pastika menambahkan, persoalan lainnya yang perlu direnungkan adalah apakah warga di sana yang telah diberikan rezeki melimpah sebagai akibat dari erupsi tahun 1963 sudah melaksanakan kewajibannya berdasarkan dharma (kebenaran).

"Mudah-mudahan, dengan ini dapat menyadarkan mereka dan juga kita semua," ucapnya.

Di sisi lain, Pastika juga kembali mengingatkan bahwa Bali itu ada "taksu" atau getaran spiritual yang muncul dari tanah Bali karena setiap hari umatnya melakukan persembahyangan.

Dengan cobaan terkait kondisi Gunung Agung tersebut, ujar dia, sekaligus menjadi momentum untuk mengingatkan umat manusia akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. (WDY)