Denpasar (Antara Bali) - Provinsi Bali memelopori pembentukan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), yang akan menjadi induk organisasi kepariwisataan di Pulau Dewata dan diharapkan menjadi contoh bagi daerah lain.
"Rencana pembentukan organisasi baru tersebut sesuai amanat Undang Undang Nomor 10/2009 tentang Kepariwisataan. GIPI akan menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan pariwisata, sekaligus sebagai mitra pemerintah," kata Ketua Panitia Konvensi GIPI Bali I, Ratna N Eka Soebrata, MBA di Denpasar, Senin.
Dalam penjelasan disampaikan kepada ANTARA, disebutkan bahwa sesuai amanat UU RI No.10/2009 tentang Kepariwisataan, maka badan pariwisata "Bali Tourism Board" (BTB) berinisiatif untuk membentuk GIPI Bali.
"GIPI merupakan transformasi dari BTB. Kepengurusan BTB akan demisioner. Nantinya dalam bahasa Inggris kita sebut BTB, namun dalam bahasa Indonesia menggunakan sebutan GIPI sesuai ketentuan undang-undang tersebut," ujarnya.
Pembentukan GIPI itu, kata Ratna, juga sesuai koordinasi dengan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, yang berharap nantinya akan bisa memudahkan daerah lain dalam membentuk organisasi serupa.
Menurut Ratna, yang juga aktif di BTB, PATA Bali dan Nusa Tenggara serta DPD SIPCO Bali itu, acara Konvensi GIPI Bali 2011 dijadwalkan berlangsung Jumat (6/5), di Uma Meeting Room, Bali Safari & Marine Park.
Pembentukan GIPI yang akan menggantikan keberadaan organisasi dan kepengurusan BTB saat ini, mengusung tema memperkokoh jati diri insan pariwisata, dengan slogan "Pariwisata untuk Bali, Mari Kita Jaga Bersama!".
"Kita harus menjaga Bali secara bekelanjutan, karena itu menjadi tanggung bersama. Destinasi ini sebagai tolok ukur pariwisata dan juga penghubung turisme di negeri ini, khusus dalam program 'Beyond Bali'," ucap Ratna yang juga Sales Manager Bali Safari & Marine Park.
Didampingi panitia lainnya, Gus Nirartha, dia berharap siapapun yang nantinya terpilih menjadi Ketua GIPI Bali, bisa membawa serta menjaga daerah ini menjadi destinasi pariwisata terbaik di dunia, tanpa mengesampingkan nilai-nalai budaya yang ada.(*)