Denpasar (ANTARA) - Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali menilai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Denpasar, memperkuat posisi Pulau Dewata sebagai tujuan wisata inklusif termasuk minat khusus kesehatan.
“Sudah pasti Bali akan memiliki branding (merek) wisata kesehatan menuju wisatawan yang berkualitas,” kata Ketua GIPI Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana di Denpasar, Kamis.
Ia menyebutkan wisatawan baik dalam dan luar negeri memiliki ragam pilihan untuk berwisata di Bali yang lengkap, tak hanya menawarkan wisata alam, seni budaya, kuliner, spa, olahraga, spiritual tapi juga menyajikan wisata kesehatan.
Apalagi dengan layanan berkelas internasional, wisata kesehatan di KEK seluas 41,26 hektare itu diproyeksi menarik kunjungan wisatawan berkualitas yakni mereka yang menghabiskan belanja besar dan lama tinggal yang lebih panjang.
“Untuk mendapatkan wisatawan berkualitas itu membutuhkan sarana dan prasarana, layanan, kenyamanan dan keamanan dan mereka membutuhkan jaminan layanan kesehatan di suatu destinasi wisata,” imbuhnya.
Partha Adnyana juga menilai keberadaan KEK Kesehatan Sanur pertama di tanah air itu juga menggeliatkan perputaran ekonomi daerah baik dari sektor makan minum, transportasi, akomodasi, jasa, hingga layanan kesehatan.
Baca juga: PLN pasok listrik ke RS KEK Sanur dukung pariwisata medis
Pelaku pariwisata, lanjut dia, siap ikut mempromosikan KEK Kesehatan Sanur itu kepada wisatawan mancanegara dalam setiap kegiatan pameran pariwisata.
“Secara branding, kami mendapatkan manfaat dari KEK Sanur itu,” imbuhnya.
KEK Kesehatan Sanur di Denpasar, Bali, menjadi yang pertama di Indonesia yang memperkuat ekosistem pariwisata dan kesehatan.
Di kawasan premium pinggir Pantai Sanur itu memiliki fasilitas terintegrasi meliputi hotel bintang lima, vila, fasilitas layanan untuk lanjut usia, taman, sentra UMKM, area komersial hingga gedung pertemuan berkapasitas sekitar 5.000 orang.
Adapun beberapa layanan kesehatan yang rencananya dibuka di antaranya layanan estetika, operasi plastik, terapi sel punca (stem cell), geriatri, fertilitas, transplantasi rambut, mata, gigi dan berbagai layanan kesehatan berteknologi baru.
Baca juga: IHC dan SingHealth perkuat BIH jadi wisata medis
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, keberadaan KEK Kesehatan Sanur diharapkan mampu menyerap 4-8 persen pasien orang Indonesia yang sebelumnya berobat ke luar negeri menjadi berobat di KEK Sanur dengan total pasien berkisar 123.000 hingga 240.000 orang pada 2030.
Kemudian hingga tahun 2045, diperkirakan penghematan devisa yang mencapai total Rp86 triliun dan penambahan devisa pada periode yang sama mencapai total Rp19,6 triliun.
KEK Kesehatan Sanur diharapkan menarik investasi dengan total Rp10,2 triliun hingga 2028 serta menyerap tenaga kerja sebanyak 43.647 orang pada 2045.