Kuta (Antara Bali) - Otoritas Jasa Keuangan mendorong agar pasar modal menjadi salah satu sumber utama pembiayaan proyek infrastruktur karena keduanya sama-sama merupakan investasi jangka panjang.
"Kami dorong agar jangan (pasar modal) sebagai alternatif lagi tetapi pasar modal sebagai salah satu sumber pembiayaan utama seharusnya, karena cocok antara proyek butuh waktu lama dan sumber pembiayaan jangka panjang," kata Anggota Dewan Komisioner OJK Nurhaida ketika memberikan arahan pada Diseminasi Laporan Ekonomi Indonesia 2016 di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Senin.
Nurhaida menjelaskan pemerintah saat ini berupaya membangun infrastruktur di daerah yang memerlukan biaya yang besar.
Namun biaya tersebut tidak bisa dipenuhi sendiri oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saja namun memerlukan biaya dari luar APBN seperti salah satunya pasar modal.
Caranya, lanjut dia perusahaan dapat membuat produk saham, obligasi dan sukuk yang tumbuh signifikan.
OJK mencatat, perolehan dana untuk penawaran tiga produk pasar modal itu meningkat pada tahun 2015 mencapai Rp116,83 triliun.
Sedangkan tahun 2016, penawaran tiga produk investasi tersebut melonjak mencapai Rp195,38 triliun atau naik 67 persen.
Sedangkan awal tahun 2017, Nurhaida mengungkapkan realisasi penawaran tiga produk investasi itu mencapai Rp49,51 triliun.
"Penawaran saham, obligasi dan sukuk adalah dananya itu merupakan dana bertenor jangka panjang. Ini cocok dengan pembangunan infrastruktur yang juga pada dasarnya butuh waktu jangka panjang," katanya.
Selain penawaran umum tiga produk investasi itu, Nurhaida mengungkapkan masih ada produk lain yang dapat dimanfaatkan meskipun nilainya tidak sebesar tiga produk sebelumnya.
Produk tersebut yakni reksa dana penyertaan terbatas, efek beragun aset dan dana investasi perumahan (real estat).
Reksa dana penyertaan terbatas, lanjut dia merupakan produk yang dapat mendanai untuk sektor riil salah satunya infrastruktur dengan realisasi hingga 18 Mei 2017 sekitar Rp16,2 triliun.
Sedangkan efek beragun aset mencapai Rp5,5 triliun dan dana investasi perumahan mencapai RP400 miliar.
Nurhaida lebih lanjut menjelaskan hingga saat ini jumlah emiten atau perusahaan yang melantai di bursa saham mencapai 537 emiten dan diyakini akan terus bertambah karena saat ini OJK tengah memproses 14 emiten baru yang akan masuk pasar modal.
"Mungkin semester dua kami harapkan ada 30 emiten baru," katanya seraya menambahkan OJK juga mendorong pemerintah daerah memanfaatkan pasar modal. (WDY)