Jakarta (Antara Bali) - Indonesia harus membuat keputusan untuk memilih memproduksi sendiri atau membeli bio-avtur sebagai produk bahan bakar pesawat terbang yang ramah lingkungan, kata pakar penerbangan Wendy Aritenang.
"Bahan bakar bio-avtur itu sebuah keniscayaan. Ke depan tinggal memilih, mau produksi atau membeli," kata pakar penerbangan dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) Wendy Aritonang di Jakarta, Senin.
Penggunaan bio-avtur sebagai bahan bakar penerbangan cepat atau lambat akan diterapkan, mengingat ICAO telah menetapkan target penurunan emisi dari penerbangan internasional yaitu kesepakatan "Carbon Neutral Growth" pada 2020 dan penurunan emisi dari penerbangan hingga 50 persen pada 2050 dibandingkan 2005.
Wendy menjelaskan bila ingin memproduksi sendiri produk bio-avtur, maka Indonesia harus mempersiapkan berbagai hal mulai saat ini.
Dia menilai Indonesia memiliki beragam keanekaragaman hayati yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pengembangan bio-avtur.
Namun, apabila tidak mempersiapkan diri sejak dini, maka pilihannya ialah membeli bio-avtur dari negara lain dengan biaya yang lebih tinggi dibandingkan produksi sendiri.
Bio-avtur untuk penerbangan memang bisa diproduksi melalui beberapa metoda dan dari berbagai bahan baku. Namun, kelayakan bahan bakunya harus sesuai kategori seperti bahan baku yang keberlanjutan, tingkat kesiapan teknologi yang dipakai, dan kelayakan dari sisi ekonomi.
Oleh karena itu Kemnterian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi melalui Direktorat Lembaga Penelitian dan Pengembangan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, dan melibatkan ICAO, perguruan tinggi, lembaga riset, dan industri penerbangan melakukan konsolidasi dan koordinasi guna membahas pengembangan bio-avtur.
Terlebih untuk saat ini riset tentang pengembangan bio-avtur masih terbilang sedikit di Indonesia.
Dengan adanya pertemuan tersebut diharapkan mendapatkan dukungan kebijakan pemerintah dalam pengembangan bio-avtur, mengidentifikasi pengembangan penelitian terkait bahan baku dan teknis produksi bio-avtur, serta membentuk satuan tugas riset pengembangan bio-avtur. (WDY)