Gianyar (Antara Bali) - Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, Bali I Wayan Kujus Pawitra mengatakan, produksi sampah di daerah "gudang seni" Pulau Dewata itu setiap harinya mencapai 15.000 meter kubik.
"Dari produksi sampah pasar maupun dari sisa-sisa yang tidak berguna dari rumah tangga itu baru sebagian dapat ditangani di tempat tembuangan akhir (TPA) Temisi," kata kata Kadis Lingkungan Hidup I Wayan Kujus Pawitra, Sabtu.
Seusai mengikuti acara pembinaan Lomba Desa Percontohan Sadar Lingkungan tingkat Provinsi Bali di Rumah Kompos Desa Padangtegal Kecamatan Ubud Gianyar, ia mengatakan, sisa dari sampah yang tidak bisa ditangani itulah yang harus mendapat perhatian dari semua pihak.
Untuk itu Desa Padangtegal, Kecamatan Ubud tahun 2017 mewakili Kabupaten Gianyar dalam lomba Desa Percontohan Sadar Wisata. Masyarakat Padangtegal secara sadar dan swakelola memilah sampah kemudian dikumpulkan di rumah kompos untuk dibawa ke TPA Temesi.
Masyarakat setempat secara sadar dan bersama-sama membantu menjaga kebersihan lingkungan. Kesadaran warga Padangtegal ini semoga bisa menggugah inspirasi daerah lainnya dalam berinovasi mengolah sampah untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Kujus Pawitra mengharapkan masyarakat dapat meniru inovasi pengelolaan sampah mandiri yang selama ini telah dilakukan desa percontohan sadar lingkungan di daerah tersebut.
"Sampah sejak dulu hingga sekarang menjadi masalah klasik, seakan-akan tidak pernah ada habisnya. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, yang paling penting adalah kesadaran masyarakat untuk berperan serta menangani masalah kebersihan lingkungan," ujar I Wayan Kujus Pawitra.
Sementara pengelola Rumah Kompos Desa Padangtegal Kecamatan Ubud Supardi menambahkan, rumah kompos dibentuk tahun 2012 dengan tujuan untuk menjadikan perkampungan seniman Ubud dan Gianyar mampu menjadi wilayah bersih dari tumpukan sampah.
Upaya itu dilakukan karena saat itu kesadaran masyarakat akan pengolahan sampah sangat kecil. Prioritas awal berdirinya sampah rumah tangga di wilayah Desa Padangtegal.
Dengan dukungan aparat desa dan tokoh masyarakat, gebrakan yang cukup berani dilakukan rumah kompos, yakni sampah yang tidak dipilah di masing-masing rumah tangga itu tidak diangkut oleh petugas.
Supardi menjelaskan, awalnya warga banyak yang marah karena sampahnya tidak diangkut, namun dengan perjuangan yang gigih, akhirnya kini masyarakat sudah terbiasa memilah sampah sebelum diangkut oleh Rumah Kompos.
Selain itu, Rumah Kompos dibantu oleh sejumlah relawan dari wisatan asing yang peduli terhadap lingkungan, mengajak anak-anak sekolah untuk menjadi "Pahlawan sampah".
Seminggu sekali mereka juga menyasar sungai dan beberapa fasilitas umum lainnya untuk membersihkan sampah. "Sungai dulu itu ibarat swalayannya sampah. Berbagai jenis sampah ada di bantaran sungai, membuat lingkungan kotor, namun kini pemandangan itu sudah bersih," ujar Supardi.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, Drs. Gede Suarjana, M.Si mengatakan kriteria penilaian dalam lomba Desa Percontohan Sadar Lingkungan meliputi aspek pengomposan, kebersihan, aspek manajemen dan aspek peran serta masyarakat.
Lewat kegiatan lomba tersebut diharapkan mampu meningkatkan peran serta mesayarakat dalam mengelola sampah, sehingga lingkungan tetap terjaga dengan baik, ujar Suarjana. (WDY)